ADWI 2022 Segera Bergulir, Sulsel Target 264 Desa Wisata

Daerah686 Dilihat

 

Reformasiaktual.com//MAKASSAR – reformasiaktual.com – Bertempat di Ruang Rapat Disbudpar Sulsel (Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan Provinsi Sulawesi Selatan), tepatnya di Gedung MULO, Jalan Jenderal Sudirman Nomor 23, Kelurahan Mangkura, Kecamatan Ujung Pandang, Kota Makassar, Kadisbudpar Sulsel, Muhammad Jufri mengikuti virtual meeting melalui aplikasi Zoom Cloud Meeting, Jum’at (11/02/22).

_”Tentu kita berharap tahun ini ada peningkatan dari Anugerah Desa Wisata Indoenesia tahun 2021. Kalau tahun lalu 180, tahun ini kita target ada 264 yang mengikuti ADWI 2022,” tegas Jufri sang Professor._

Pihaknya yang dimandat Pemprov (Pemerintah Provinsi) Sulsel untuk melakukan pendampingan Desa Wisata, menargetkan 264 Desa yang tersebar di 24 Kabupaten dan Kota, minimal mengikutkan masing-masing 1 Desa Wisata. Sehingga jumlahnya 264 Desa Wisata.

Bisa saja lebih dari angka itu, mengingat Desa Wisata bukan berarti Desa secara administratif, namun Desa Wisata pastilah berada di Desa. Ditambah Kampung Wisata yang ada di wilayah Kelurahan, praktis angkanya bisa bertambah banyak.

Hanya saja, perlu pendampingan lebih lanjut. Pelatihan pada berbagai subsektor dibutuhkan untuk memenuhi persyaratan sebuah kawasan disebut Desa Wisata.

Untuk seluruh wilayah Indonesia, Kemenparekraf/Baparekraf RI bahkan menargetkan minimal 3.000 (tiga ribu) Desa Wisata dari 34 provinsi. Jauh melampaui target ADWI 2021 hanya 700 Desa Wisata, namun tercatat ikut kompetisi sebanyak 1.831 Desa Wisata.

Pertemuan yang dihadiri daring oleh Menparekraf/Kepala Baparekraf RI, Sandiaga Salahuddin Uno, dari Gedung MULO Prof Jufri didampingi Kepala Bidang Pengembangan Sumber Daya Pariwisata, Bruno S Rantetana, Kepala Seksi Pemberdayaan Masyarakat, M Ibrahim Halim, dan Kepala Seksi Peningkatan Kompetensi Sumber Daya Manusia Pariwisata, Kirana Halim. Virtual meeting itu terkait Sosialisasi Jadesta ADWI 2022.

Jadesta adalah Jejaring Desa Wisata, sedangkan ADWI adalah Anugerah Desa Wisata Indonesia. Keduanya diprakarsai Kemenparekraf/Baparekraf RI (Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia).

Jika ADWI dilabeli sebagai kompetisi untuk mendapatkan anugerah, maka Jadesta merupakan sistem informasi (flatform) sebaran Desa Wisata (Deswit). Didalamya terangkum data profil dan analisis untuk menentukan klasifikasi Desa Wisata.

Database ini ditargetkan membangun satu data kepariwisataan nasional sebagai implementasi dari program “Satu Data Indonesia”. Jadesta memetakan empat klasifikasi Desa Wisata yakni Rintisan, Berkembang, Maju, dan Mandiri.

Selain sebagai ajang kompetisi, melalui ADWI, data Jadesta dapat digunakan banyak pihak dalam menentukan arah kebijakan pembangunan ke depan. Sementara desa secara administratif akan lebih mudah mengidentifikasi potensi budaya, pariwisata, dan ekonomi kreatif yang dimiliki.

Baik itu pada Desa Wisata maupun pada destinasi wisata yang pada hakikatnya belum dapat dibungkus ke dalam label Desa Wisata karena belum memenuhi satu ataupun tujuh kategori Desa Wisata itu sendiri. Sehingga para pemangku kepentingan mulai provinsi hingga Kabupaten/Kota, Kecamatan, serta utamanya Desa/Kelurahan dapat menetapkan kebijakan yang responsif dan inklusif terhadap Desa Wisata.

Adapun tujuh kategori ADWI 2021 adalah Konten Kreatif, Desa Digital, Daya Tarik Wisata berupa alam, budaya, dan buatan. Berikutnya CHSE, Homestay, Toilet Umum, dan Souvenir berupa kuliner, fesyen, dan kriya.

Perhelatan ADWI 2022 mendatang, Kemenparekraf/Baparekraf RI telah menyiapkan tujuh kategori yang mengalami penyempurnaan yakni Homestay, Toilet Umum, Souvenir, Digital Kreatif, CHSE, Kelembagaan Desa, dan Daya Tarik Pengunjung.

Muhammad Jufri pada kesempatan itu, menginstruksikan jajarannya untuk segera melakukan percepatan sosialisasi lanjutan ke tingkat Kabupaten/Kota. Untuk kemudian diteruskan ke Pemerintah Kecamatan, Desa/Kelurahan, serta Pengelola Desa Wisata dan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) sebagai ujung tombak Desa Wisata.

_”Segera jadwalkan pertemuan dengan para Kepala Dinas Pariwisata daerah. Mungkin kita virtual saja dulu, berikutnya kita terjun ke Kabupaten/Kota melakukan inventarisasi, identifikasi, dan pemetaan,” imbuh pria kelahiran Pulau Jampea, Kabupaten Kepulauan Selayar itu._

Sejalan itu, Jufri juga mendorong percepatan program KKN Tematik Desa Wisata yang digagas dirinya sejak bulan kedua menjabat Kadisbudpar Sulsel pada November 2021. Kembali menargetkan, Maret mendatang sudah dilaunching, jika pun belum semua perguruan tinggi siap bergerak, paling tidak kata dia, sudah ada yang memulai.

_”KKN Tematik Desa Wisata ini strategis sekali Saya kira menjemput ajang ADWI 2022. Selain itu, banyak dampak positif bagi Desa/Kelurahan dan Desa Wisata serta Kampung Wisata selain mengikuti ADWI saja,” kata Jufri._

Misalnya pekan lalu, UNHAS (Universitas Hasanuddin) Makassar melalui Fakultas Ilmu Budaya dengan penuh semangat menyatakan kesiapan untuk melatih masyarakat meningkatkan kualitas pelayanan kepada wisatawan. Betapa tidak, kesantunan tampaknya mulai terkikis dengan perkembangan teknologi yang kini diambang pintu menuju metaverse.

Lanjutnya, UMI (Universitas Muslim Indonesia) Makassar siap mengkolaborasikan puluhan desa binaannya dengan Desa Wisata. Lalu Politeknik Negeri Ujung Pandang (PNUP) pada 5 jurusan membangun komitmen untuk menerjunkan mahasiswanya agar lahir Desa Wisata terintegrasi ragam keilmuan yang tumbuh sebagai Desa Wisata edukatif.

Menerima instruksi, Ibrahim menyampaikan akan membuat buku panduan dalam waktu dekat. Namun tetap akan menantikan pedoman umum dari Kemenparekraf, yang mana ADWI 2022 baru akan diluncurkan 18 Februari dan registrasinya dijadwalkan berakhir 29 April 2022.

_”Buku panduannya akan kita buat, berpedoman pada Kemenparekraf,” singkat Ibrahim._

Sementara Bruno menyatakan, pihaknya akan semaksimal mungkin mendukung munculnya Desa Wisata baru di luar dari 180 Desa Wisata yang telah tercatat pada Jadesta. Malah banyak Desa Wisata yang ada di Sulsel saat ini, tidak berkesempatan mengikuti ADWI 2021.

_”Kemarin itu lebih banyak yang mestinya ikut. Tapi ada beberapa kendala, contoh: administrasinya tidak lengkap, ada juga hanya karena jaringan kurang mendukung, tidak bisa login di Jadesta. Cukup sepele tapi fatal,” ungkap Bruno._

Padahal, Desa Wisata yang tidak ikut berkompetisi bisa jadi lebih bagus kualitasnya. Ada keunikan yang tidak dimiliki Desa Wisata lainnya seperti suasana alamnya, begitupun CHSE dan Toilet Umum sudah terpenuhi.

Agus

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *