Reformasiaktual.com // Bukittinggi – Ade Rezki Pratama, SE, MM dengan mitra kerjanya dari Kementrian Kesehatan Republik Indonesia diwakili oleh Poltekkes Kemenkes Padang, melakukan Sosialisasi Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas).
Sosialisasi gerakan masyarakat hidup sehat (Germas), dalam upaya percepatan penanggulangan stunting di kota Bukittinggi diadakan di SMA Negeri 2 Bukittinggi, Rabu (26/10/2022).
Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bayi di bawah 5 tahun) akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya. Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan pada masa awal setelah bayi lahir akan tetapi kondisi stunting baru nampak setelah bayi berusia 2 tahun.
Ade Rezki mengatakan bahwa masih ada sekita 600 an anak-anak, bayi yang di diagnosa stunting di Kota Bukittinggi, sesuai keterangan Kepala Dinas Kesehatan Kota Bukittinggi.
Kami berharap pada hari ini, Kota Bukittinggi bisa menjadi panutan, parameter bagi Kabupaten/ Kota lain, dalam percepatan penurunan angka stunting se signifikan mungkin, ujar Ade Rezki.
Bahwa dalam Perpres No. 72 Tahun 2021, yang tertuang di dalamnya memberikan reward dan panisment, bagaimana setiap Kepala Daerah juga memiliki tanggung jawab yang besar dalam percepatan penurunan angka stunting, ujar Ade Rezki.
Bagi Kepala Daerah yang serius menurunkan angka stunting di daerahnya, baik Kabupaten/ Kota dan provinsi akan menjadi raport tersendiri, bagi pemerintah pusat, dan akan diberikan penghargaan khusus, apakah melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) atau dana-dana reguler dari Kementrian atau lembaga sesuai dengan mandat Perpres itu sendiri, lanjut Ade Rezki.
Dinas Kesehatan Bukittinggi selalu mengadakan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat agar menjaga kesehatan dan merubah perilaku hidup sehat, makan makanan yang bergizi, dan selalu menganjurkan memeriksa kesehatan pada sarana kesehatan yang ada, ujar Kepala Dinas Kesehatan Kota Bukittinggi Dr. Linda Feroza.
Bagi ibu-ibu hamil agar selalu memeriksakan kesehatan bayi dalam kandungan dan ibunya ke posyandu dan sarana kesehatan terdekat, agar anak yang lahir nantinya tidak terdiagnosa stunting, tutup Linda Feroza.
(Om Jap)