Reformasiaktual.com//MAKASSAR – Kabar gembira kembali menghujani Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel). Datang dari sektor Kebudayaan Nasional dan Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa, khususnya sub sektor kebudayaan.
Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan (Pemprov Sulsel) menerima penghargaan standarisasi museum. Diperuntukkan kepada 4 aset Pemprov Sulsel yakni Museum La Galigo, Museum Karaeng Pattingalloang, dan Museum Monumen Mandala Pembebasan Irian Barat, serta Taman Budaya Benteng Somba Opu.
Piagam penghargaan diterima Prof Dr Muhammad Jufri SPsi MSi Psikolog selaku Kepala Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan Provinsi Sulawesi Selatan (Disbudpar Sulsel) di Jakarta pada Selasa, 15 November 2022. Prof Jufri didampingi Yessy Yoanna Ariestiani selaku Kepala UPT Taman Budaya Benteng Somba Opu (TBBSO) saat piagam diserahkan dari Sekretaris Direktur Jenderal (Sesdirjen) Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia (Kemendikbud Ristek RI), Drs Fitra Arda MHum.
“Saya mewakili Bapak Gubernur Sulawesi Selatan, Bapak Andi Sudirman Sulaiman menerima piagam penghargaan, langsung dari Sesdirjen Kebudayaan, Kemendikbud Ristek, Bapak Fitra Arda di Jakarta,” terang Jufri.
Ditambahkan, museum dan taman budaya yang telah mendapat standarisasi tersebut berada di bawah koordinasi dan pengelolaan Disbudpar Sulsel. Museum La Galigo dikelola UPT (Unit Pelaksana Teknis) Museum dan Taman Budaya (MTM), dan Museum Monumen Mandala Pembebasan Irian Barat dikelola UPT Museum Mandala dan Societeit de Harmonie (MMSdM).
Sedangkan Museum Karaeng Pattingalloang dan juga Taman Budaya Benteng Somba Opu dikelola UPT Taman Budaya Benteng Somba Opu. Khusus dua aset Pemprov Sulsel ini berada di 2 wilayah administratif, sisi Utara di Kota Makassar, sementara sisi Selatan benteng menempati wilayah Kabupaten Gowa.
“Alhamdulillah Pemerintah Sulawesi Selatan melalui Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan menerima Piagam Penghargaan Standardisasi Museum dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi,” tambah dia.
Lebih menggembirakan kata Professor Psikologi itu, Museum Karaeng Pattingalloang naik peringkat. Sebelumnya menyandang tipe C, berkat standarisasi terbaru ini naik ke posisi B.
Menempati posisi yang sama berupa tipe B yakni Taman Budaya Benteng Somba Opu. Berikutnya di tipe C, muncul Monumen Mandala Pembebasan Irian Barat.
Monumen yang berlokasi di Jalan Jenderal Soedirman Makassar itu, perdana mengikuti proses standarisasi. Alhasil, predikat dengan standarisasi tipe C disematkan tahun ini berkat kerja keras pengelola museum serta seluruh jajaran Disbudpar Sulsel.
“Terima kasih Saya sampaikan kepada segenap keluarga besar Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan Provinsi Sulawesi Selatan. Tak hanya Kepala UPT dan Pengelola Museum beserta stafnya, apresiasi yang sama Saya haturkan kepada pak Sekdis (Sekretaris Dinas), para Kepala Bidang, dan tentu saja semua staf ya, semua punya andil, begitu pula teman-teman yang sudah purna tugas ataupun telah menempati OPD yang lain,” pungkasnya.
Di samping tipe B dan tipe C, Disbudpar Sulsel patut berbangga sebagai OPD (Organisasi Perangkat Daerah) yang mendapat kepercayaan dan tanggung jawab dari Pemprov Sulsel sebagai leading sector budaya, pariwisata, dan ekonomi kreatif. Pasalnya, Museum La Galigo mampu bertahan pada predikat tipe A.
Standarisasi sendiri baru dapat diterapkan Kemendikbud Ristek RI kepada museum, bilamana telah berusia 2 tahun pasca mendapat nomor registrasi pendaftaran nasional sebagai museum. Ketentuan tersebut, tersurat dengan jelas dalam Peraturan Pemerintah Nomor 66 tahun 2015 tentang Museum.
Juga termaktub di dalamnya acuan untuk menyusun pedoman standarisasi museum. Satu diantaranya menguraikan pengelolaaan museum, utamanya Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai pengelola yang terdiri dari Kepala Museum, Register, Kurator, Konservator, Penata Pameran, Edukator, Hubungan Masyarakat dan Pemasaran, Ketatausahaan, Kepegawaian, Keuangan, Keamanan, dan Kerumahtanggaan.
“Ini menjadi motivasi, Saya pikir juga sebagai tantangan bagi kita untuk semakin meningkatkan pelayanan. Terus berupaya meningkatkan jumlah serta kualitas kunjungan ke museum. Sejauh ini, terobosan kita lakukan, salah satunya menjalin kerja sama berkelanjutan dengan sekolah-sekolah di Sulawesi Selatan, lebih khusus daerah terdekat dari Makassar,” jelas mantan Kepala Dinas Pendidikan Sulsel itu.
Jufri juga menekankan pentingnya digitalisasi museum, seiring pesatnya perkembangan teknologi dan globalisasi yang telah mempengaruhi pola hidup dan kehidupan. Memberi dampak yang signifikan terhadap animo masyarakat untuk berkunjung ke museum, sehingga dibutuhkan metode untuk memoles dan juga mengemas paket kunjungan museum yang lebih atraktif, enegik, dan menyenangkan.
“Mulai berbenah dari waktu ke waktu. Tentu kita lakukan secara masif dengan segala kemampuan dan potensi yang ada. Misalnya untuk koleksi, kalau yang lalu-lalu, koleksi museum cuma bisa disaksikan lewat media 2 dimensi, umumnya ditampilkan dalam bentuk vitrin, kita upayakan kedepan seluruhnya sudah bisa lewat smartphone, smart tv ataupun media digital lainnya seperti slideshow, vitrin,” ujarnya.
Bahkan semua koleksi kata dia, seyogyanya sudah terinventarisis melalui sistem terpusat dan terenkripsi. Begitupun terkait pemeliharaan, konservasi, serta penyediaan koleksi-koleksi baru akan menjadi perhatian pihaknya sebagai langkah konkrit untuk mengapresiasi standarisasi.
Agus./ Ambae