ReformasiAktual.com- KEPULAUAN SELAYAR – Kehadiran Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Kepulauan Selayar dihadapan para jamaah Tarwih Masjid Agung Al Umaraini Benteng ibukota kabupaten adalah untuk mempererat jalinan silaturrahmi dengan sesama ummat khususnya yang menganut Agama Islam dalam menyamakan persepsi, gerak dan langkah dalam membangun masyarakat didaerah yang berjuluk Butta Tanadoang ini.
Yaitu membangun manusia kearah yang lebih baik dengan bernafaskan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT.” Demikian dikemukakan Kepala Kejaksaan Negeri (Kajari) Kepulauan Selayar, Hendra Syarbaini, SH MH pada malam tarwih yang ke 10 di bulan suci Ramadhan 1444 H yang bertepatan tanggal 31 Maret 2023 malam ini.
Akhir–akhir ini kata Hendra, masyarakat Indonesia telah banyak disuguhi dengan berita viral diberbagai media massa, baik itu cetak, elektronik, online dan televisi serta media sosial yakni gaya hidup hedonis yang banyak diperbincangkan oleh banyak kalangan. Jika membuka Kamus Bahasa Indonesia, Hedonisme adalah faham yang menganggap kesenangan dan kenikmatan materi merupakan tujuan utama dalam kehidupan bermasyarakat. Hedonisme atau hidup berfoya-foya dengan memfokuskan diri dengan mencari kesenangan dan kepuasan tanpa batas.
Hidup hedonisme tanpa dipagari dengan keimanan akan berbahaya. Apalagi yang berkaitan dengan harta benda dan kekayaan. Sebab bukan hanya dengan cara yang halal tapi dengan cara-cara yang harampun akan ditempuh untuk dapat mewujudkan kepuasan hidup. Jika ini terjadi pada orang yang memiliki kekuasaan, kewenangan karena jabatan akan memudahkan untuk dirasuki sifat rakus yang mengakibatkan munculnya korupsi. Uang negara yang dikuasainya karena jabatan dan tamanah akan sangat lebih gampang untuk disalahgunakan hanya demi untuk kepentingan pribadi dirinya.
Banyak sudah kita baca diperbagai media termasuk pada siaran televisi, media online dan surat kabar yang akhirnya mereka menjadi koruptor atau tikus-tikus berdasi. Olehnya itu, mari kita merefleksi diri dengan merenungkan sebuah kisah di zaman nabi Muhammad SAW. Yakni kisa mengenai penguasa atau khalifah yang mempunyai integritas diri luar biasa. Ia sangat menjaga amanah jabatan yang diembannya. Beliau adalah Umar bin Abdul Azis.
Diceritakan oleh Buya Hamka. “Pada suatu malam, Umar bin Abdul Azis sedang menyelesaikan tugas diruang kerjanya hingga larut malam. Tiba-tiba putranya mengetuk pintu dan meminta izin untuk masuk. Umarpun mempersilahkan untuk mendekat. “Ada apa putraku ? tanya Umar. Apa untuk urusan keluarga kita atau untuk negara ? Urusan keluarga, ayah.” jawab sang anak. Dengan spontanitas Umar bin Abdul Azis mematikan lampu minyak yang menjadi penerang diatas meja kerjanya menyebabkan seisi ruangan menjadi gelap gulita.”
“Mengapa ayah lakukan ini ? tanya putranya sedikit heran. “Anakku, lampu itu ayah nyalakan untuk bekerja sebagai pejabat dinegeri ini. Minyak untuk menyalakan lampu dibeli dengan uang yang diperuntukkan menjalankan amanah untuk menjadi khalifah di negeri ini. Sedangkan engkau datang guna membahas urusan keluarga kita, anakku.” ujar Umar.
Umar lalu memanggil pembantu pribadinya untuk mengambil lampu dari luar ruangan untuk dinyalakan. “Sekarang lampu kepunyaan keluarga telah dinyalakan dihadapan kita. Minyak yang digunakan untuk menyalakannya dibeli dari uang pribadi ayah. “Silahkan lanjutkan wahai anakku maksud kedatanganmu.” kata sosok berjulukan Khulafaur Rasyidin kelima itu.” Mendengar kisah itu, Rasulullah SAW menangis. Air matanya jatuh berderai dengan derasnya.” ungkap Hendra Syarbaini mengisahkan.
(M. Daeng Siudjung Nyulle)