Siswa Sekolah Ini, Jadi Peternak dan Petani di Kebun Pak Budi

PENDIDIKAN301 Dilihat

Reformasiaktual.com//SURABAYA- Siswa SMP Muhammadiyah 18 Gununganyar Surabaya atau yang dikenal dengan e-School menjadi peternak dan petani budidaya tanaman di Kebun Pak Budi, Selasa (23/01/24). Sebanyak 100 siswa dan 20 guru pendamping melakukan Kegiatan Tengah Semester (KTS) dengan menggunakan 2 bus menuju Desa Sekarmojo, Kecamatan Purwosari, Kabupaten Pasuruan.

Suryo Bagus SPd, Ketua Pelaksana KTS e-School mengatakan, tujuan dilaksanakan Kegiatan Tengah Semester ini adalah meningkatkan kemampuan siswa di bidang peternakan dan pertanian. “Sekolah berharap setiap siswa dapat melihat peluang bisnis yang tersedia dalam ruang lingkup agrobisnis dan budidaya,” ujar Bagus.

Sebelum diajak berkeliling, seluruh siswa diarahkan menuju lapangan untuk mengadakan senam pagi. Setelah berkeringat dan beristirahat sejenak, barulah kemudian siswa diajak berkeliling per-kelas dengan pemandu masing-masing dari pihak Wisata Edukasi.

Lokasi yang terletak di lereng Gunung Arjuno ini, dengan pemandangan indah pegunungan, udara sejuk, dan tempat yang asri membuat siswa betah dan sangat girang. Apalagi kegiatan semacam ini sudah lama tidak diadakan.

Materi pertama yang didapatkan yaitu memperbanyak tanaman menggunakan teknik stek dan grafting. “Teknik secara vegetatif ini dipilih karena caranya mudah dan masa panennya lebih pendek dibandingkan teknik yang lainnya,” ujar Taufiq, pemateri budidaya tanaman secara vegetatif. Ia menjelaskan jika beberapa tanaman di sekitar kita mudah sekali diperbanyak menggunakan teknik ini, seperti rambutan, alpukat serta durian.

Setelah itu, seluruh siswa dibawa ke materi budidaya ikan dengan menggunakan bioflok. “Keuntungan dari metode ini adalah untuk menghemat lahan serta mempercepat tumbuh kembang dari ikan yang dikembangkan dalam kolam bioflok,” tutur Lukman, pemateri bioflok.

Walaupun tumbuh kembang ikan lebih singkat, makanan yang diberikan ke ikan lebih sedikit, karena dalam bioflok nantinya tumbuh beraneka ragam mikroba yang dimana bisa dimakan oleh ikan itu sendiri. “Namun kekurangan dari metode bioflok ini adalah penggunaan listrik dalam jumlah yang besar, agar air yang terdapat pada kolam bioflok terus mengalir,” lanjutnya.

Perjalanan selanjutnya yaitu siswa menjadi petani padi, di sini setiap siswa diberi satu tanaman padi untuk ditanam. Pada sesi ini para siswa terlihat fokus menjaga keseimbangannya saat ingin menancapkan bibit padi.

Hal tersebut dikarenakan mereka belum pernah ke sawah secara langsung untuk menanam padi. Sehingga belum terbiasa saat menapakkan kaki di tanah yang penuh dengan lumpur.

“Karena penanamannya butuh tenaga yang ekstra, maka dari itu mulai sekarang kita harus menghormati para petani dengan tidak membuang-buang makanan terutama nasi ya?,” pesan Anjas, pemateri penanaman padi.

Salah satu peserta Dewi Zhafarina terlihat antusias mengikuti KTS ini. “Pak meskipun sawahnya nggak luas, tapi saya baru pertama ini langsung menanam padi di sawah. Ternyata susah ya, punya saya tadi mencong (bengkok, red),” ujar Zhafa, sapaan akrabnya.

Terakhir siswa mendapatkan materi tentang budidaya menggunakan metode hidroponik. Teknik hidroponik yang diterapkan di Kebun Pak Budi yaitu teknik nutrient film engineering (NFT). Teknik ini dipilih karena tanaman selalu tercukupi kebutuhan nutrisi mineralnya, karena air secara terus menerus mengalir membasahi tanaman yang dibudidayakan.

“Keunggulan dari budidaya tanaman menggunakan hidroponik adalah bebas dari penggunaan pestisida, sehingga harga jualnya lebih mahal daripada cara konvensional,” ujar pemateri hidroponik.

Kegiatan ditutup dengan penyerahan sertifikat secara simbolis dari pengelola wisata kepada Ketua Pelaksana KTS e-School serta pembagian tanaman aglonema yang disambut antusias oleh semua siswa dan guru.

Red