Djusman AR Merasa Lebih Enjoy Sebagai Penjual Kopi Daripada Jadi Penikmat Uang Haram

TOkoh80 Dilihat


MAKASSAR//ReformasiAktual.com – Djusman AR sebagai seorang Penggiat Anti Korupsi lebih memilih mandiri dan mempertahankan marahnya sebagai penjual kopi dan makanan di Kedai Tujuh Belas Jl Anggrek Raya Makassar ketimbang mendekati dahsyatnya godaan uang haram, bahkan bang Djus sapaan akrab Djusman AR mengaku enggan bersentuhan langsung dengan uang negara (APBD atau APBN), Ia lebih cenderung memposisikan diri sebagai pengawas anggaran bukan penikmat anggaran, Bukan bermaksud sombong katanya, Tapi dengan berbagai rekam jejak sebagai penggiat anti korupsi di Indonesia dirinya cuma berbekal ilmu hukum dan ilmu keuangan.

Djusman sedikit bernostalgia beberapa kali aku diberi kesempatan dan peluang dan bahkan diajak oleh petinggi-petinggi eksekutif untuk terlibat dalam pengelolaan Perusahaan Daerah (Perusda) dengan jabatan sebagai Direksi dan Dewan Pengawas sampai pada petinggi partai politik dan malahan ditawari untuk memimpin sebuah perusahaan akan tetapi saya lebih memilih untuk menjadi seorang penjual kopi dan makanan, Sebab ini akan lebih berkah dihadapan Ilahi Rabbi. Nominal pendapatannya kecil tapi berkahnya lebih banyak. Itulah sebabnya aku lebih memilih menyelamatkan uang negara dan daerah dari cengkraman tangan-tangan jahil tak bertanggungjawab dan pejabat koruptor.

Djusman AR juga memberikan saran dan pendapat terkhusus adik-adik, teman dan kerabat bahkan keluarga yang terlibat langsung dalam pengelolaan keuangan, baik di BUMN dan BUMD, Bupati dan Walikota, DPR RI, DPRD Propinsi dan DPRD Kabupaten dan Kota untuk selalu mementingkan kebutuhan masyarakat diatas kepentingan pribadi atau golongan. Juga untuk senantiasa mengingatkan untuk tidak melakukan korupsi dan melaporkannya jika mereka berbuat salah.” ungkapnya lagi.

Kita juga sebagai warga negara mesti interaktif dan saling mengingatkan kepada Aparat Penegak Hukum (APH) baik Kejaksaan, Kepolisian dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk berdiri tegak lurus memberantas tindak pidana korupsi. Dan kepada publik dan masyarakat luas untuk selalu mengawasi mereka termasuk diri saya selaku penggiat anti korupsi bilamana ada kekeliruan yang kam perbuat agar segera diingatkan dan dikritik. Sebab sebagai aktivis NGO anti korupsi jangan cuma maunya mengkritik akan tetapi tidak mau dikritik.” Djusman AR menambahkan.

Bang Djus juga menjelaskan bahwa ada dua sifat Non Goverment Organization (NGO) atau Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Ada yang sifatnya pemberdayaan seperti sosialisasi mengenai kebijakan, seminar dan pelatihan. Sebab programnya berorientasi pemberdayaan masyarakat sehingga bermitra dengan pemerintah sehingga mau ataupun tidak mau dalam menjalankan programnya menggunakan dana APBN atau APBD sesuai Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART) oleh lembaganya. Dan itu bukan sesuatu yang keliru.” katanya.

Sangat berbeda jauh dengan kami dari NGO Anti Korupsi. Domainnya kita lebih terfokus pada pengawasan penggunaan anggaran, penyalahgunaan kewenangan, penyalahgunaan jabatan sehingga logikanya atau konsekuensinya kita harus menjaga jarak dengan pengambil kebijakan. Artinya kita tidak bisa terlibat dalam menikmati atau mengelola anggaran, baik itu APBD kabupaten dan kota, propinsi maupun APBN.” imbuhnya.
Apalah bang Djus tidak merasa tertarik untuk mengelola uang negara (APBD dan APBN) ? Spontanitas oleh Djusman AR menegaskan,” Saya merasa tidak pernah merasa tertarik apalagi mengejar proyek-proyek pemerintah. Begitu juga untuk masuk partai politik. Sebab saya sudah merasa enjoy dengan profesi yang saya lakoni sebagai Penggiat Anti Korupsi serta sebagai penjual kopi dan makanan.” ujarnya lagi.

Sesuai dengan garis juang yang dijalani selama ini, Bang Djus memilih teguh pada pendirian dan prinsip kemandiriannya. Bahkan dalam bincang-bincang santainya, ia mengaku saat masih bersama sahabatnya (Abraham Samad red) menjabat sebagai Ketua KPK RI di Jakarta, sekalipun katanya, tidak pernah menemui dengan maksud saling menjaga integritas.
Bahkan terkadang Abraham Samad yang menelpon dan bertanya. “Mengapa tidak pernah main ke Gedung Merah Putih ?” Kadang saya menjawab,” Saya kan tidak mau mengganggu konsentrasi pak Ketua untuk memberantas korupsi. Itulah yang menjadi alasan bagi saya tidak pernah menemui pak Abraham di Gedung KPK.” Ketua KMAK Sulsel dan Barat kembali bernostalgia. Tapi yang pasti kami saling mensupport dan mendo’akan dalam kebaikan.

Disamping itu, Djusman AR juga diketahui intens menghadiri undangan lintas lembaga dan kampus sebagai pemateri berkaitan dengan pengelolaan keuangan dan anti korupsi. Bahkan Djusman sebagai mantan Ketua Forum Mahasiswa Pascasarjana (Macasar) Universitas Hasanuddin (Unhas), beliau tidak tanggung-tanggung dalam gerakannya melaporkan dan mengawal perkara korupsi. Bahkan masih berbekas saat lembaganya melaporkan sejumlah pejabat korup seperti Bupati, Walikota hingga pejabat Gubernur serta pejabat lainnya disektor Perbankan. Langkah inilah yang mengantarkan diri untuk memilih jalur Peran Serta Masyarakat melalui LSM guna untuk berperan aktif melawan korupsi di Bumi Indonesia. Atas kepiawaian dan ketegasan yang dimiliki sehingga mendapatkan beberapa penghargaan dari Lembaga Penegak Hukum (LPH) sebagai tokoh panutan dalam memberantas tindak pidana korupsi di Sulsel dan Barat.

Dengan upaya dan langkah positif ini membuat diri Djusman AR menjadi viral disejumlah media, baik cetak, elektronik maupun media sosial lainnya. Bahkan dia selaku Penggiat Anti Korupsi yang lama melintang di Ibukota Negara Jakarta kembali ke kampung halamannya di Sulsel dan memilih berwirausaha di Kota Makassar.

(M. Daeng Siudjung Nyulle)