Ditangan yang Tepat, Daur Ulang Pakaian Bekas Dorong Peningkatan Ekonomi

Bisnis48 Dilihat

Penulis :ELIS MASITOH
(Fungsional Pembina Industri Kemenperin; Ketua Dewan Pakar IKA ITT/STTT, Redaktur Bultek)

Reformasiaktual.com//Implementasi konsep ekonomi sirkular dan ekonomi berkelanjutan di sektor industri selain telah menjadi tren dunia, konsep tersebut juga dinilai mampu berkontribusi besar dalam menerapkan pola produksi dan konsumsi berkelanjutan yang menjadi tujuan dari Sustainable Development Goals (SDGs).

Sebagaimana kita tahu bahwa Model pembangunan ekonomi berkelanjutan adalah suatu model pembangunan yang tidak hanya mengejar pada pertumbuhan ekonomi semata namun mengintegrasikan pertumbuhan ekonomi tersebut dengan kelestarian lingkungan hidup dan keadilan sosial.

Industri Tekstil yang merupakan industri padat karya dengan menyerap banyak tenaga kerja secara tidak langsung menghasilkan limbah industri yang bisa mengancam kelestarian lingkungan hidup.

Limbah tekstil terdiri dari limbah manufaktur (pre consumer) berupa serat, benang dan kain serta limbah rumah tangga ( pasca konsumen/post consumer) berupa pakaian bekas atau barang-barang rumah tangga yang terbuat dari tekstil manufaktur.

Barang-barang yang tidak diinginkan ini biasanya aus atau rusak. Beberapa limbah pasca konsumen diarahkan ke pengecer bekas untuk dijual kembali. Sebagian dari sampah ini dikumpulkan di tempat pengumpulan sampah kota, tetapi sebagian besar sampah ini ditemukan di tempat pembuangan sampah, konsep Daur ulang limbah tekstil merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk mereduksi limbah tekstil padat sehingga bukan hanya pencemaran yang akan berkurang akan tetapi juga dapat mengerakkan kegiatan yang mendatangkan keuntungan ekonomi.

Selain dapat menghasilkan keuntungan ekonomi, manfaat lain dari daur ulang ini adalah dapat mengurangi penggunaan energi, serta dapat mencegah polusi udara (akibat bau yang dihasilkan), polusi tanah (karena tekstil membutuhkan waktu yang lama dalam dekomposisi), serta mencegah polusi air (dari pencemaran akibat dari banyaknya material kimia yang terbawa air).

Konsep ekonomi berkelanjutan ini sejalan dengan standar industri hijau yang mampu berperan meningkatkan daya saing sektor manufaktur untuk masa depan, dengan mengutamakan upaya efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya secara berkelanjutan.

Begitu pentingnya daur ulang pakaian bekas untuk tekstil sirkular pada industri TPT selain menjadi tanggung jawab bersama, ini juga merupakan amanah dari Undang-undang No 18 Tahun 2008 tentang Pengolahan Sampah, Peraturan Pemerintah No 81 Tahun 2012 tentang Pengolahan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Rumah Tangga dan PERMEN LHK No 14 Tahun 2021 tentang Pengolahan Sampah Pada Bank Sampah.

Sebelum Berbicara lebih jauh mengenai manfaat daur ulang pakaian bekas yang bisa mendatangkan keuntungan secara ekonomi, terlebih dulu harus mengetahui macam atau jenis limbah tekstil dan produk turunannya.


Gambar Kategori Jenis Limbah Tekstil dan Produk Turunannya

Macam-macam limbah tekstil ini harus di daur ulang agar mampu menmberikan keuntungan secara ekonomi. Proses yang harus dilakukan melalui Tahapan proses daur ulang dan Teknologi yang digunakan.

Tahapan Proses meliputi:
Pakaian bekas dipisah-pisah atas dasar jenis bahan dan warnanya. Dengan pemisahan atas warna ini berarti dalam prosesnya nanti tidak perlu lagi menggunakan zat warna tekstil, menghemat biaya dan mengurangi polusi
Aksesori dari bahan non tekstil seperti plastik dan logam (misalnya kancing, ritsleting, rivet, dll) di buang terlebih dahulu.

Pakaian bekas diambil serat-seratnya dengan melaksanakan proses shredding
Serat yang dihasilkan diproses di pemintalan benang (spinning), dan di Doubling serta Twisting agar lebih kuat.

Benang diolah lanjut untuk dijadikan kain melalui proses tenun (weaving) atau dirajut (knitting)
Sebagian serat-serat yang panjang seratnya tidak memenuhi syarat untuk dipintal akan dimanfaatkan sebagai bahan pengisi dalam pembuatan kasur atau yang lainnya.

Alur Daur Ulang Pakaian Bekas dengan Cara Mekanik atau Mechanical Recycling Produk Akhir Shoddy seperti terlihat pada gambar berikut.

Diantara tahapan proses daur ulang limbah tersebut adalah TEARING PROCESS yang meliputi Raw Material Sorting, Raw Material Cutting, Tearing, Shoddy dan terakhir Ball Press

Teknologi Daur Ulang Pakaian Bekas
Konsep yang digunakan untuk mendaur ulang pakain bekas bisa dilakukan dengan berbagai cara atau konsep, Ada konsep Re-usable atau Non-Reuseable Textiles.
Re-useable atau pakaian dengan kondisi masih sangat layak bisa diberikan sebagai donasi, di sewakan, di daur ulang dengan konsep up cycling atau di jual kembali (second-hand clothing).  Sedangkan Non-Reuseable atau pakaian layak/ tidak layak, dapat di daur ulang di industri pengolahan dengan dua cara yaitu Mechanical Recycling atau Chemical Recycling dimana hasil akhir dijadikan benang/ kain, pakaian dan barang jadi tekstil lainnya.

Selain teknologi tersebut, harus juga dicarikan teknologi terbaru untuk mendorong industri daur ulang pakaian bekas lebih maju kedepannya. beberapa diantaranya:
Penyortiran efisien
Daur ulang secara kimia,
Mesin skala mini dari daur ulang secara mekanik,
Alat menyopot aksesori plastik atau metal,
Serta bagaimana mengintegrasikan rantai pasok sejak dari konsumen hingga menjadi barang jadi.
 
Darimana Pakaian Bekas Berasal

A.Perilaku Konsumen
Pakaian bekas yang ada saat ini tidak terlepas dari perilaku konsumen yang secara tidak langsung menyumbang limbah pakain bekasnya dan tanpa disadari mengancam kelestarian lingkungan.

Dalam artikel ini diungkapkan hasil survey perilaku konsumen, dimana Frekuensi pemilahan baju setiap tahunnya tergolong sedikit, mayoritas 1-2 kali (64,6%) dan 3-4 kali pertahun (22,8%).

Frekuensi ini Berdasarkan agregat % sama atau lebih besar dari 3 kali didominasi oleh: Wanita dua kali lebih sering menyortir pakai nya daripada pria
Umur 26-40 adalah rentang usia yang paling sering memilah pakaian bekas dibanding usia 41-85 tahun.
Pekerja profesional yang paling sering menyortir pakaian bekas dibanding ibu rumah tangga dan Wiraswasta.

Jumlah helai pakaian bekas yang disingkirkan setiap penyotiran (berdasarkan agregat % sama atau lebih besar dari 4 helai):
Wanita hampir dua kali lebih banyak menyortir pakaiannya dibandingkan pria.
Korelasi sangat kuat makin muda usia makin banyak helai pakaian yang disingkirkan (15-25 tahun > 26-40 tahun > 41- 60 tahun > diatas 60 tahun).

Pekerjaan Mahasiswa yang paling banyak menyingkirkan pakaian bekas, disusul Ibu Rumah Tangga, dan Wiraswasta.

Mayoritas pakaian bekas disumbangkan untuk kegiatan donasi (keluarga/teman, pekerja domestik dan Lembaga sosial), lain-lain (12,6%), 10,8% di buang ke tempat sampah, dan baru 3,4% menyetorkan ke tempat daur-ulang.

Sejauh mana kesadaran masyarakat tentang manfaatdaur ulang pakaian bekas dalam meningkatkan ekonomi?
Menurut survey mayoritas responden (94%) “Sangat Setuju” atau “Setuju” dengan program Daur Ulang Pakaian Bekas. Khusus Mahasiswa dan Pelajar 100% “Sangat Setuju” atau “Setuju”.

Alasan persetujuan mereka sebagai konsumen adalah isu lingkungan (80%), membuka lapangan usaha (59%) dan lapangan kerja (51%)
Mayoritas responden (85,5%) “Tidak Pernah”, “Jarang Sekali”, atau “Sekali-kali” mengetahui informasi tentang Daur Ulang Pakaian Bekas. Sebagian responden mengetahui informasi tentang daur ulang pakaian bekas dari Media Sosial (74%), Internet (35%), disusul sebagian kecil dari tempat kerja/ sekolah/ kampus (18%).

B.Pelaku Industri Daur Ulang Pakaian Bekas
Survey ini dilakukan dengan maksud untuk mengetahui pelaku-pelaku industri daur ulang khususnya untuk pakaian bekas. Mulai dari mana mereka memperoleh bahan baku, proses apa yang dilakukan dan produk jadi yang dihasilkan.

Semakin sadar akan pentingnya ekonomi sirkular dan ekonomi berkelanjutan, maka secara langsung maka langkah yang harus dilakukan agar program daur ulang pakain bekas tersebut bisa dijalankan. 

Diantaranya:
Sosialisasi dan literasi yang masif ke masyarakat dengan memakai beberapa saluran/cara.
Bekerjasama antara pemerintah, organisasi kemasyarakatan, dan kelompok sosial lainnya seperti bank sampah.
Perizinan dimudahkan.
Diciptakan suatu mesin daur ulang yang murah, simpel dan mudah diperoleh.
Terintegrasi dari hulu sampai hilir.

Perlu dibuat pilot project agar menjadi percontohan pengelolaan secara profesional namun melibatkan masyarakat terutama dalam pengumpulan.

Pakaian disumbangkan ke tempat yang mudah dijangkau oleh masyarakat (buka 24 jam). Pakaian yang disortir, jika perlu diperbaiki. Pakaian dijual kembali dengan harga murah. Dana yang diperoleh dapat dikelola untuk sumbangan ke panti asuhan dll. Hal ini juga bisa dilakukan untuk semua jenis tekstil seperti sprei, taplak meja, gorden, dll.

Metoda Pengumpulan Baju Bekas
Dibuatkan pusat penampungan Bank Pakaian Bekas seperti Bank Sampah di setiap RW.
Petugas menjemput dari rumah ke rumah.
Disediakan drop-box di setiap mall.
Bisa menggunakan cara daring atau aplikasi.
Pakaian lama ditukar dengan voucher untuk membeli pakaian bekas.

Guna lebih mempertajam tentang manfaat daur ulang pakaian bekas ini, maka yang dilakukan adalah membuat semacam grup diskusi atau Focus Group Discusion (FGD) yang melibatkan konsumen, pelaku industri tekstil dan stakeholders agar daur ulang pakaian bekas ditangan yang tepat bisa mendatangkan keuntungan atau meningkatkan pendapatan perekonomi.

Program daur ulang sampah butuh sekali komitmen dari Pemerintah dan stakeholders lainnya, pemahaman di tingkat masyarakat, bahan baku yang ada untuk langgengnya sebuah bisnis. Kalau ini didorong di tingkat masyarakat, maka sosialiasi dan pendampingan terus menerus.

Traceability dari recycle material dan transparansi hulu sampai hilir sangat penting.

Yang lebih diutamakan meminimalisir kendala yang bakal terjadi. Salah satu kendala sustainable textile adalah tidak ada ketentuan Pemerintah yang harus mengarah ke penerapan zero waste.

Kesimpulan
Daur ulang pakain bekas sangat layak diwujudkan, dari sisi teknologi dan dukungan penuh dari elemen masyarakat yang sudah sadar akan kelestarian lingkungan melalui daur ulang pakain bekas. Bank sampah menjadi tulang punggung pengumpulan dan penyortiran, diikuti oleh stakeholders yang lain.
Ada 6 aspek  yang menjadi instrument dalam hal mendorong program daur ulang pakaian bekas di Indonesia.

Yaitu:
Kebijakan Pemerintah dan Bantuan Fiskal
Inovasi Sosial Kebiasaan Masyarakat
Kolaborasi Rantai Pasok
Peningkatan Kapasitas Inovasi
Pertukaran ide dan pengalaman
Pengembangan Model Bisnis Baru

Dengan kesadaran masyarakat dan didukung oleh stakeholders lainnya, ekonomi sirkular bisa diwujudkan sehingga pendapatan keuntungan ekonomi meningkat melalui daur ulang pakain bekas.

Red