KERINCI//reformasiaktual.com-Pertemuan calon bupati kerinci nomor urut 3 monadi S.Sos.M.S.i di desa sungai kuning dan desa pasir jaya juga desa lubuk tabun kec Siulak Mukai kab kerinci Jambi merupakan peninjauan jalan dan keluarga besar yang telah lama menetap di tiga desa tersebut.
Sebelum melanjutkan perjalanan di tiga desa tersebut,monadi terlebih dahulu melaksanakan shalat Jum’at di Desa Pungut dan sekaligus menghadiri acara syukuran anggota DPRD Kerinci, yg sempat dikatakan oleh monadi dengan singkat.
saya bersama istri tercinta Novra Wenti dengan niat yang tulus dan penuh semangat telah menyiapkan diri untuk menuju Desa Renah Pemetik, yang terkenal dengan surga petani yang tersembunyi di ufuk Barat Provinsi Jambi adalah merupakan salah satu Desa yang terletak di perbatasan antara Kecamatan Siulak Mukai dan Kecamatan Air Hangat Timur, Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi 100 persennya adalah masyarakat para petani.
Saya bersama istri saya dan keluarga dengan menggunakan motor trail, saya bersama istri beserta rombongan berada di tengah hutan produksi yang dikelilingi Taman Nasional Kerinci Seblat. Dari Kota Sungai Penuh, butuh waktu lebih kurang 3 – 4 jam sampai ke Renah Pemetik dengan melewati Dua jalur alternatif yakni Pungut dan Siulak terang monadi.
Keberadaannya di tengah belantara menyebabkan minimnya jangkauan pembangunan infrastruktur. Terlebih lagi karena status desa-desa tua tersebut masuk dalam kawasan hutan. Satu-satunya pembangunan pembukaan jalan pernah berlangsung pada 2010-2011 oleh Pemerintah Kabupaten Kerinci. Pembangunan itu menuai persoalan. Belum ada izin dari Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Akan tetapi, bagi warga setempat, jalan yang dibangun sekitar 14 kilometer itu sangat membantu mereka menjangkau dunia luar.
Melewati jalan yang terjal dan rusak parah, tak menyurutkan semangat saya beserta rombongan untuk ingin sekali bertemu mendengarkan langsung keluhan dari Puluhan Tahun para petani di beberapa Desa di Renah Pemetik. Kondisi cuaca yang masih sejuk menghiasi disepanjang perjalanan, membuat perjalanan terasa semakin asik dan penuh adrenalin tanpa terasa kami telah sampai di Desa Renah Pemetik tutup monadi.
Awak media ini sempat bertemu dengan beberapa para petani yang mengangkut hasil pertanian mereka. Beberapa diantar mereka mengungkapkan bahwa, mereka harus punya cukup modal untuk memodifikasi kendaraan agar mampu menaklukkan medan terjal. Jika kondisi jalan kering.
“kadang tengkulak memotong imbal hasil panen petani Rp 500 hingga Rp 800 per kilogram sebagai biaya angkut. Jika kondisi curah hujan tinggi, potongan sampai Rp 1.000 per kilogram. Keterbatasan infrastruktur itu menyebabkan harga jual komoditas petani setempat sangat rendah ungkap salah satu petani.”
“Mereka menjelaskan bahwa jika kondisi jalan baik, semestinya hasil panen dapat diangkut dengan waktu tempuh 30 menit. Jarak Renah Pemetik ke Pasar Pungut, pasar terdekat, hanya 20 kilometer. Namun, medan perjalanan yang berat menimbulkan banyak persoalan. Dalam kondisi tanah kering, waktu tempuh bisa 3 jam. Semakin tinggi curah hujan, kubangan di hampir sepanjang jalan bertambah dalam. Waktu tempuh pun semakin molor tutup.”
Hasil pantauan awk media ini Sesampai nya Monadi dan beserta istri juga rombongan di desa Sungai Kuning langsung disambut hangat oleh ratusan masyarakat Tiga Desa Renah Pemetik mulai dari sike rebana, karoeke bersama, tari, dialog hingga makan bersama. Hal tersebut seakan-akan menggambarkan bahwa mereka selama ini sangat merindukan sosok pemimpin yang merakyat yang turun mendengarkan langsung keluhan masyarakat.
Beberapa diantara mereka pada intinya menyampaikan bahwa mereka sangat merindukan sosok pemimpin yang merakyat dan mendengarkan langsung keluhan mereka sebagai para petani yang mengerti kondisi dan apa yang mereka butuhkan di Tiga Desa Renah Pemetik ini terutama perbaikan akses jalan yang layak agar para petani bisa dengan mudah tanpa biaya yang besar untuk mengangkut hasil pertanian mer