ReformasiAktual.com//KAB SELAYAR – Munculnya keluhan warga masyarakat Kecamatan Taka Bonerate dan Kecamatan Pasi’lambena akan mahalnya harga tabung gas elpiji 3 kg yang menjadi kebutuhan vital sehari-hari dengan harga yang sangat tak terjangkau dalam dua pekan terakhir telah mendapatkan tanggapan dan reaksi keras dari Pemerintah Kabupaten Kepulauan Selayar Propinsi Sulawesi Selatan (Sulsel). Betapa tidak, harga tabung melon di dalam Kawasan Taman Nasional Laut Taka Bonerate yang meliputi Desa Latondu, Rajuni, Tarupa, Tambuna dan Pasitallu itu tembus Rp 50.000,00 dan Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Pertalite dan Pertamax Rp 20.000,00 per liter sebagai ulah dari oknum yang tidak bertanggungjawab.
Kepala Bagian (Kabag) Ekonomi Sekretariat Daerah, Mursalim, S.Sos, M.M menegaskan bahwa yang saya tahu sebagai agen resmi didaerah ini hanya tiga (3) untuk tabung gas melon. Yakni Haryanto pemilik Mini Market Surya Jaya, Hj Putriana di Barugaiya dan Nasrum pemilik Pertashop Tahabira. Jika saya temukan ada oknum yang mencoba untuk main-main dengan harga maka kami tidak segan-segan untuk mengusulkan dan merekomondasikan kepada PT Migas untuk segera mencabut izinnya. Siapapun dia dan tidak ada istilah kompromi.” ujarnya kesal.
Mursalim menjelaskan,” Untuk Harga Eceran Tertinggi (HET) di Selayar terbagi dua daerah. Khusus daratan Pulau Selayar yang meliputi enam (6) kecamatan yaitu Bontomate’ne, Buki, Bontomanai, Benteng, Bontoharu dan Bontosikuyu itu antara Rp 23.000 sampai Rp 24.000 per tabung. Sedangkan untuk wilayah kecamatan kepulauan yang terdiri dari Kecamatan Pasi’masunggu, Pasi’masunggu Timur, Taka Bonerate, Pasi’marannu dan Pasi’lambena sebagai kecamatan terjauh dan terluar yang berbatasan langsung dengan Propinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) dibagian timur dan utara serta Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) pada bagian selatan dan timur, itu antara Rp 28.000 hingga Rp 28.500 per tabung. Sedikit memang ada perbedaan harga karena letak geografis dan jarak.” katanya.
Akan tetapi kata Mursalim, jangan dengan alasan jarak dan biaya pengiriman yang tinggi menyebabkan harga melampaui dari harga eceran tertinggi. Apalagi sampai menembus angka Rp 50.000 per tabung. Itu sangat keterlaluan. Kami akui bahwa dalam beberapa pekan terakhir cuaca agak ekstrem memang. Karena musim barat. Tapi tidak boleh juga dengan dalih ini pula dijadikan alasan untuk mencari keuntungan yang dapat mencekik leher warga.” ujarnya lagi.
Olehnya itu lanjut Mursalim, begitu saya membaca berita dari media ini saya langsung menelpon para Camat yang ada di pulau. Dan mereka langsung turun mengecek dilapangan. Memang terjadi lonjakan harga tetapi hanya sampai diangka Rp 33.000 per tabung.” katanya.
Salah seorang sub penyalur yang dikonfirmasi via selulernya sekitar pukul 12.40 Wita siang tadi mengakui jika dirinya cuma menjual seharga Rp 33.000 per tabung. Sedikit melampaui dari HET karena biaya pengangkutan yang tinggi. Sebab sewanya dari Benteng ibukota kabupaten ke Kalao Toa senilai Rp 5.000 per tabung. Apalagi Kalao Toa sudah berdekatan dengan Buton Selatan dan NTT. Kalaupun ada yang menjual diatas harga Rp 33.000, itu hanya penjual liar.” kata dia. (M. Daeng Siudjung Nyulle)