Bupati Bantaeng Uji Nurdin Ajak Pegiat Literasi Dalami Sejarah Butta Toa

Daerah63 Dilihat

BANTAENG – reformasiaktual.com Bupati Bantaeng, M. Fathul Fauzy Nurdin meminta para pegiat literasi memperdalam sejarah Kabupaten Bantaeng. Hal tersebut diungkapkan saat membuka Bimbingan Teknis Kepenulisan Berbasis Konten Budaya Lokal, di Kantor Perpustakaan dan Kearsipan, Senin, 24 Maret 2025.

Kegiatan Bimtek ini merupakan yang pertama kalinya digelar di Kabupaten Bantaeng dengan tujuan guna peningkatan kompetensi dan kapasitas penulis pemula, meningkatkan jumlah penulis kreatif, serta mengembangkan penulisan konten berbasis kearifan lokal.

“Karena budaya lokal adalah warisan yang harus dijaga sehingga melalui bimtek ini kita lebih dapat memahami warisan tradisional, serta menghargai dan menjaga kebudayaan kita sendiri”, demikian disampaikan oleh Kepala Bidang Penyelenggaraan Perpustakaan Dispusip, Suarsi, selaku Ketua Panitia Pelaksana.

Sementara itu, dalam sambutannya,  Bupati Bantaeng mengatakan bahwa Bantaeng memiliki sejarah panjang. Memiliki nilai-nilai budaya yang tinggi. Sehingga dijuluki daerah Butta Toa, berarti tanah tua.

“Kegiatan ini sangat sejalan dengan visi misi kita yaitu memperkuat eksistensi dan nilai-nilai budaya kita. Jangan sampai generasi penerus kita melupakan sejarah dan budaya kita,” kata Uji Nurdin.

Sehingga, kepala daerah termuda di Sulsel ini mengajak, para pegiat literasi untuk lebih mendalami sejarah dan budaya Bantaeng.

“Kita memiliki sejarah panjang dan budaya tinggi. Makanya kita dijuluki Butta Toa. Untuk itu, saya mengajak para pegiat literasi mendalami ini semua,” tambahnya.

Terakhir, Kadis Perpustakaan Bantaeng, Syamsir mengatakan, kegiatan ini bertemakan Merawat Kearifan Lokal Melalui Literasi Budaya.

“literasi budaya menjadi salah satu cara untuk menjaga dan mengembangkan kearifan lokal agar tetap hidup dan dikenal oleh generasi mendatang,” katanya.

Dirinya berharap, para peserta dapat memperoleh wawasan baru, keterampilan menulis yang lebih tajam, serta semangat untuk terus berkarya.

“Jadikan budaya lokal sebagai inspirasi dalam menulis, agar nilai-nilai luhur yang diwariskanoleh leluhur kita tetap hidup dan berkembang sesuai zaman,” pungkasnya.

AGUS