Masyarakat dan Jurnalis Dilarang Masuk ke Rumah Dinas Gubernur Sumbar Dalam Acara Open House

Daerah39 Dilihat

Reformasiaktual.com , Padang – Momen silaturahmi Idul Fitri 1446 H di Kota Padang, ternodai dengan adanya barikade petugas Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP), yang menghadang masyarakat serta beberapa jurnalis untuk masuk ke Rumah Dinas Gubernur Sumatera Barat, Selasa (01/04/2025).

Alasan pembatasan tamu atas instruksi atasan menjadi dasar petugas Satpol PP menghadang sebagian masyarakat dan jurnalis untuk masuk bersilaturahmi dengan pemimpinnya, Gubernur H. Mahyeldi Ansharullah.

Kepala Biro Administrasi Pimpinan Pemprov Sumbar, Mursalim setelah dikonfirmasi oleh beberapa awak media menyatakan membantah adanya pembatasan tamu undangan oleh Pimpinan.

Fal Sanar, seorang jurnalis yang sehari-hari bertugas di Ibu Kota Provinsi Sumatera Barat ini merasakan kekecewaannya, karena dihadang petugas Satpol PP untuk masuk ke kediaman Rumah Dinas Gubernur Sumatera Barat, sedangkan sebagian rekan jurnalis lainnya yang memiliki akses khusus dengan leluasa masuk, ini yang menjadi tanya tanya besar.

“Sungguh menyakitkan,” ujar Fal Sanar dengan nada lirih, diamini oleh Dodi Indra, rekan jurnalis lainnya yang turut menyaksikan langsung kejadian tersebut.

Dodi Indra bahkan melihat seorang ibu yang menggendong bayi mungil berusia dua minggu, dengan polosnya datang untuk bersilaturahmi, harus menerima penolakan dengan alasan yang sama, pembatasan, pemandangan ini tentu saja menambah pilu suasana Lebaran yang seharusnya penuh suka cita.

Dengan suara bergetar menahan tangis dan harga diri, ibu itu berseru lirih, “Saya datang ke Rumah Dinas Gubernur karena tiap tahun biasanya ada open house, Rumah Dinas terbuka untuk masyarakat umum, saya bukan pengemis dan bukan minta-minta, Pak, saya hanya ingin bertemu dengan Pak Gubernur, ” ungkap Dodi, kata- kata ibu tersebut menggantung di udara, saksi atas pintu yang tetap tertutup rapat baginya.

Suara lantang dan penuh keprihatinan datang dari tokoh pers senior Sumatera Barat, Dr. Ir. H. Basril Basyar, MM., sosok yang dikenal dengan dedikasinya terhadap dunia jurnalistik dan merupakan penerima penghargaan Pers Card Number One serta Ketua Dewan Pembina Kolaborasi Jurnalis Indonesia (KJI) ini, tak mampu menyembunyikan kegeramannya atas insiden yang mencoreng citra keterbukaan.

“Sungguh keterlaluan !,” tegas Basril Basyar dengan nada suara bergetar menahan kekecewaan.

“Memberikan instruksi kepada bawahan untuk melakukan pelarangan terhadap jurnalis maupun masyarakat yang hendak berkunjung dan bersilaturahmi dengan Gubernur di hari Fitri ini adalah tindakan yang sangat melukai hati masyarakat, ” ungkap Basril Basyar.

Bagi Basril Basyar, insiden ini bukan sekadar persoalan diperbolehkan atau tidak diperbolehkan masuk ke rumah dinas, persoalannya lebih dari itu, kejadian ini cerminan yang menyedihkan tentang bagaimana posisi pers dan masyarakat dipandang sebelah mata oleh seorang pemimpin.

“Tindakan ini secara tidak langsung menunjukkan bahwa Gubernur Sumbar, H. Mahyeldi Ansharullah tidak menganggap jurnalis sebagai mitra strategis yang memiliki peran penting dalam menyampaikan informasi kepada publik,” ungkapnya dengan nada prihatin yang mendalam.

Basril Basyar sangat menyayangkan momentum Idul Fitri yang seharusnya dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk mempererat hubungan yang harmonis antara pemerintah dan pers, justru ternodai oleh kebijakan yang menciptakan sekat dan jarak.

“Di hari yang fitri ini, alih-alih mempererat tali silaturahmi yang sudah terjalin, justru tercipta jurang pemisah yang seharusnya tidak perlu ada,” imbuhnya dengan nada kecewa.

Basril Basyar mengingatkan kembali betapa fundamentalnya peran media dan jurnalis dalam sebuah negara hukum dan demokratis, jurnalis merupakan pilar penting yang berfungsi sebagai penyambung lidah masyarakat dan pengawas jalannya pemerintahan, mereka bukanlah tamu tak diundang yang kehadirannya bisa dibatasi sesuka hati, terlebih dalam acara yang bersifat publik seperti open house seorang kepala daerah.

Di tempat lain, terlihat perbedaan yang begitu mencolok di acara open house yang diselenggarakan oleh Ketua DPRD Sumbar, H. Muhidi, di sana, pintu rumah terbuka lebar-lebar, menyambut setiap tamu yang datang dengan senyum hangat dan keramahan yang tulus, kehangatan dan keterbukaan terasa nyata semakin mempertajam luka kekecewaan yang dirasakan oleh para jurnalis dan warga di Rumah Dinas Gubernur.

Karena itu, Basril Basyar tak hanya berhenti pada kecaman yang terasa pedih. Ia menaruh harapan besar agar insiden yang melukai hati ini tidak dianggap sebagai angin lalu dan segera mendapatkan perhatian yang serius.

“Saya sangat berharap agar pihak-pihak yang bertanggung jawab atas penghalangan jurnalis dan masyarakat di acara open house Gubernur dapat ditindaklanjuti secara maksimal,” ujarnya dengan nada penuh harap.

Lebih dari sekadar mencari siapa yang bersalah, kejadian ini adalah seruan mendalam agar kehormatan profesi jurnalis dijaga dengan baik dan fungsi media sebagai mitra strategis pemerintah benar-benar dihayati dan diamalkan dalam tindakan nyata, bukan hanya sekadar retorika belaka.

“Peristiwa penghalangan seperti ini tidak boleh terulang kembali, baik terhadap jurnalis maupun oleh siapa pun, karena ini adalah hak masyarakat untuk bersilaturahmi dengan pemimpinnya,” pungkas Basril Basyar.

Jurnalis : Yopi Herdiansyah
Sumber : Andarizal