Kabupaten Sukabumi-Penutupan Milangkala ke-7 Paguyuban Padjadjaran Anyar berlangsung semarak di Lapang Cangehgar, Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Minggu (27/7/2025).
Namun, di balik kemeriahan atraksi budaya yang ditampilkan, terselip kekecewaan mendalam dari panitia terhadap absennya para pemimpin daerah.
Ratusan pengunjung memadati lokasi acara untuk menyaksikan pertunjukan seni tradisi seperti silat, debus, hingga tarian daerah.
Paguron-paguron dari berbagai daerah, termasuk dari Banten dan Bandung dari betawi, turut ambil bagian dalam memeriahkan puncak milangkala tersebut.
“Budaya kita hidup karena masih banyak yang peduli. Tapi ironisnya, pemimpinnya justru tak hadir saat rakyatnya merayakan akar tradisi,” sindir Abah Firman, Ketua Paguyuban Padjadjaran Anyar, dalam sambutannya yang penuh nada kecewa.
Abah Firman secara terbuka menyayangkan ketidakhadiran Bupati Sukabumi dan Wakil Bupati, meski undangan telah dikirim jauh-jauh hari. Bahkan, menurutnya, surat juga sudah ditujukan kepada Gubernur Jawa Barat melalui ajudannya.
“Tidak ada satu pun dari mereka yang datang, bahkan sekadar konfirmasi pun tidak. Ini bukan soal kami, tapi soal penghargaan terhadap budaya dan masyarakat yang menjunjung tinggi nilai sejarah,” tegasnya.
Meski begitu, dukungan datang dari kalangan legislatif. Dua anggota DPRD Kabupaten Sukabumi, yakni Hamzah Gurnita (PKB) dan Junajah Jajah (PDIP), hadir dan memberikan apresiasi terhadap acara tersebut.
“Terima kasih kepada para anggota dewan yang telah menyempatkan hadir. Kami berharap ke depan dukungan untuk kegiatan budaya bisa lebih serius, baik dari segi anggaran maupun kebijakan,” ujar Abah Firman.
Paguyuban Padjadjaran Anyar juga mendapat dukungan dari berbagai padepokan seperti Isbat Betawi, Dada Lipati, Sukma Sunda, hingga tokoh budaya dari Bandung, Kang Ari Tulang. Kolaborasi lintas daerah ini menjadi penguat semangat pelestarian budaya.
Menutup acara, Abah Firman menyampaikan pesan tajam tentang pentingnya menghormati sejarah dan leluhur.
“Milangkala ini bukan hanya perayaan. Ini bentuk bakti kepada para karuhun yang membangun Palabuhanratu dengan darah dan keringat. Jangan pernah kita lupakan sejarah itu,” katanya.
Milangkala Padjadjaran Anyar ke-7 membuktikan bahwa budaya masih hidup di tengah masyarakat. Namun sekaligus menjadi cermin bagi pemerintah, bahwa kehadiran mereka bukan sekadar simbol, melainkan bentuk nyata penghargaan terhadap warisan budaya lokal.













