OKU TIMUR – Petani di Kabupaten OKU Timur patut bernafas lega. Program Optimalisasi Lahan (Oplah) dan Cetak Sawah dari pemerintah pusat tak hanya menambah luas areal pertanian, tetapi juga membawa manfaat langsung berupa bantuan dana serta bibit padi.
Hingga Agustus 2025, realisasi program Oplah di OKU Timur telah mencapai 3.000 hektare, sementara program cetak sawah masih terus berjalan dengan target awal 10.600 hektare. Capaian ini menempatkan OKU Timur sebagai salah satu daerah sentra produksi pangan terbesar di Sumatera Selatan.
Program cetak sawah sendiri merupakan bagian dari strategi nasional peningkatan produksi pangan pemerintahan Prabowo-Gibran, sehingga setiap pihak diwajibkan turut menyukseskannya.
Dana Bantuan untuk Petani
Dalam program Oplah, petani penerima mendapatkan bantuan dana sebesar Rp900 ribu per hektare untuk pengolahan lahan. Dana tersebut langsung disalurkan dari Kementerian Pertanian ke rekening kelompok tani (Poktan/Gapoktan) dan diteruskan ke anggota. Selain itu, setiap hektare lahan Oplah juga mendapat 25 kilogram bibit padi.
Program ini tersebar di 5 kecamatan dengan total 3.000 hektare, yakni:
Madang Suku III: 388 hektare
Madang Suku II: 313 hektare
Madang Suku I: 1.171 hektare
Semendawai Barat: 212 hektare
Cempaka: 916 hektare
Dengan skema ini, setidaknya Rp2,7 miliar telah masuk ke rekening Poktan/Gapoktan untuk kemudian dibagikan kepada petani penerima manfaat.
Sementara itu, program cetak sawah memberikan dukungan jauh lebih besar, yakni Rp10 juta per hektare, yang mencakup benih, pupuk, pestisida, alsintan, serta fasilitas penunjang lainnya. Hingga kini, sudah terealisasi 7.591 hektare di 13 kecamatan, di antaranya Madang Suku III (889,48 hektare), Semendawai Barat (1.248 hektare), Belitang II (1.161,98 hektare), Madang Suku I (591,007 hektare), dan Cempaka (738 hektare).
Kendala Lapangan
Meski capaian program cukup tinggi, Bappenas RI mencatat masih ada sejumlah hambatan. Sekretaris Deputi Bidang Pengendalian, Evaluasi, dan Manajemen Risiko Pembangunan (PEMRP) Bappenas, Ir. Rohmad Supriyadi, menyebut beberapa lahan yang masuk target ternyata tidak layak dicetak, karena berupa pemukiman, kuburan, maupun lahan non-produktif.
“Sisa kuota akan dihitung kembali, bisa dialihkan ke provinsi lain atau tetap di OKU Timur tahun depan,” jelas Rohmad dalam rapat koordinasi bersama OPD terkait, Kamis (21/8) di Kantor Bappeda Litbang OKU Timur.
Sekretaris Bappeda Litbang OKU Timur, M. Fathoni, menambahkan, kendala juga muncul dari sisi perencanaan. Mulai dari anggaran yang masih diblokir, belanja yang belum tepat sasaran, hingga survei dan desain (SID) yang dilakukan terlalu singkat sehingga hasilnya kurang sesuai kondisi lapangan.
“Selain itu, ada juga lahan yang pemiliknya menolak dicetak, sementara regulasi dari Kementerian Pertanian cukup ketat. Namun kami optimistis program ini terus berjalan demi ketahanan pangan nasional,” ungkapnya.
Komitmen Pemerintah Daerah
Lebih lanjut, Fathoni menegaskan bahwa program ini dijalankan oleh Dinas Pertanian OKU Timur dengan dukungan konstruksi di lapangan oleh TNI. “Kami berharap kendala dapat teratasi agar produksi pangan terus meningkat. OKU Timur siap menjadi lumbung pangan nasional,” ujarnya.
Senada, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten OKU Timur membenarkan bahwa realisasi program Oplah sudah mencapai 3.000 hektare, sementara cetak sawah masih terus dilaksanakan sesuai target awal 10.600 hektare. “Kami akan terus berkomitmen melaksanakan program ini demi kesejahteraan petani,” tegasnya.Rilis:







