PROBOLINGGO,//
Dua desainer batik andalan asal Kebonsari Kulon menunjukkan karyanya yang diperagakan oleh para peserta dari 14 RW se-Kelurahan Kebonsari Kulon, Kecamatan Kanigaran, Sabtu (11/11) malam. Di halaman kelurahan setempat, dua desainer, Poerwa Batik dan Wahyulatri Batik berkolaborasi dengan Kelurahan Kebonsari Kulon menggelar pagelaran batik yang bertema “Dari Bonsakul untuk Dunia”.
Kegiatan ini dibuka langsung oleh Sekretaris Daerah Kota Probolinggo, drg. Ninik Ira Wibawati yang mengapresiasi kiprah kedua desainer dalam berkreasi menciptakan dan memproduksi serta menggunakan batik sebagai karya adiluhung bangsa Indonesia.
“Batik sangat istimewa. Tidak saja karena keindahan, tetapi juga karena makna-makna filosofinya. Melalui batik telah tercipta banyak lapangan kerja sehingga memberikan penghasilan dan pendapatan rumah tangga,” tuturnya.
Batik memiliki makna sebagai perekat bangsa Indonesia, lanjut Ninik, sekaligus menjadi simbol persatuan. Dengan adanya batik, tak akan ada pembagian strata sosial, kaya maupun miskin. Karena batik telah menunjukkan kolektivitas dan kebersamaan. “Saya mengajak seluruh unsur masyarakat untuk bersama-sama bersatu mewujudkan pembangunan Kota Probolinggo menjadi lebih baik. Jangan sampai kita mudah terpecah belah. Karena tanpa kebersamaan, mustahil semuanya akan terwujud,” ujarnya.
Ninik berharap dari pelaksanaan pagelaran batik ini dapat membangkitkan lagi jiwa dan semangat perajin batik dan pelaku industri batik untuk terus tumbuh dan maju, setelah sempat tersendat akibat pandemi covid-19. Juga dapat mendongkrak minat generasi muda dalam menggeluti batik. Tidak hanya kian gemar menggunakan batik, tetapi juga turut mengenali dan mempelajari nilai-nilai filosofinya.
“Saya sedih tiap kali mendengar generasi muda sekarang tidak ingin meneruskan tradisi batik khususnya yang ada di wilayah Kota Probolinggo. Pemkot Probolinggo memberikan wadah dan ruang melalui Dekranasda dalam menampilkan karya seni terbaik dan produk unggulan Kota Probolinggo,” bebernya.
Untuk itu Ninik mengajak para perajin, desainer, pengusaha, pecinta batik, dan seluruh masyarakat Kota Probolinggo khususnya warga Kelurahan Kebonsari Kulon. Ia menyebut, melalui pagelaran ini untuk terus menggali potensi lokal dan meningkatkan kreativitas masyarakat agar lebih mengenal dan mencintai produk lokal batik Kota Probolinggo.
Sementara, Lurah Kebonsari Kulon Ikromi Wida Utama mengatakan antusiasme yang ditunjukkan warganya dalam mengikuti pagelaran batik ini tidak lepas dari tujuan kegiatan. Yakni untuk mengenalkan potensi perajin batik di wilayahnya yang telah membawa nama batik Kota Probolinggo dalam kancah pasar batik dunia. Serta mendorong dan meningkatkan kreativitas masyarakat untuk lebih mengenal dan mencintai produk batik lokal Kota Probolinggo.
Pihaknya bersama Poerwa Batik dan Wahyulatri Batik serta stakeholder lainnya juga telah menyiapkan reward bagi para peserta atau penampil, yang terbagi menjadi dua kategori. “Yaitu kategori tim penampil terbaik utama non rangking mendapat uang tunai Rp 350 ribu dan paket kain batik. Dan kategori 5 penampil favorit hiburan non rangking mendapat uang tunai Rp 200 ribu dan 5 paket merchandise dari CSR perusahaan setempat,” ungkapnya.
Senada dengan Lurah Bonsakul, owner Poerwa Batik sekaligus konseptor acara pagelaran batik Nico Sawiji mengatakan, tema “Dari Bonsakul Untuk Dunia” memiliki makna tentang keberhasilan dua desainer batik di Kebonsari Kulon dalam menembus pasar dunia. Ia ingin menyampaikan kepada masyarakat luas bahwa di Kebonsari Kulon, walaupun masuk di gang-gang kecil tetapi mampu menunjukkan eksistensinya hingga pasar luar negeri.
Nico mengungkapkan pasar Wahyulatri Batik sudah berhasil menembus wilayah benua Eropa yaitu negara Belanda dan Swiss. Sedangkan Poerwa Batik berhasil masuk ke negara Amerika, Jepang, Jerman, Korea Selatan, Denmark, dan Singapura. Bahkan saat pandemi covid-19, pihaknya berhasil memenuhi pesanan masker batik dari istri Presiden RI. Sehingga semakin menunjukkan dan menguatkan bahwa warga Kebonsari Kulon bisa eksis dan maju bersama. Hal inilah yang melatarbelakangi munculnya tema tersebut.
“Kami ingin lebih memperkenalkan kepada warga agar lebih tahu dan mencintai produk lokal Kebonsari Kulon khususnya dan batik Kota Probolinggo. Support dari Pemkot sangat luar biasa kepada kami para pembatik, mulai dari pelatihan, promosi, termasuk acara ini,” bebernya.
Masyarakat bisa mendapatkan produk Poerwa Batik dan Wahyulatri Batik dengan kisaran harga terendah mulai dari Rp 175 ribu hingga Rp 15 juta keatas. Galeri Wahyulatri Batik terletak di Perumahan Sentong dan Poerwa Batik di Jalan Angguran Jaya RW 16.
Pagelaran batik ini juga dihadiri Camat Kanigaran, Ketua TP PKK Kecamatan Kanigaran, jajaran 3 pilar, Ketua LPM, RW dan unsur LKK lainnya.
(Yuni nada RA)