Reformasiaktual.com//GARUT, Balai Besar Pelatihan Kesehatan (BBPK) Ciloto Kementerian Kesehatan Republik Indonesia bersama Pemerintah Kabupaten Garut akan membangun Laboratorium Lapangan Epidemiologi di Kabupaten Garut. Penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) antara Kepala BBPK Ciloto, Sjamsul Ariffin, dan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Garut, dr. Leli Yuliani, dilakukan bersamaan dengan acara Lokakarya Pemetaan Risiko dan Potensi Wilayah dengan Pendekatan One Health Rabu (22/11/2023), di Ballroom Hotel Harmoni, Jalan Cipanas Baru, Kecamatan Tarogong Kidul, Kabupaten Garut.
Dalam lokakarya ini hadiri berbagai pihak, termasuk Kepala Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Garut, Beni Yoga Gunasantika, serta melibatkan secara virtual Koordinator Indonesia One Health University Network (INDOHUN), Prof. Agus Suwadono, dan Office Director United State Agency for Internasional Development Indonesia (USAID), Enilda Martin.
Kepala Dinkes Garut, dr. Leli Yuliani, menyatakan bahwa Garut dipilih sebagai laboratorium lapangan karena dukungan lintas sektor dan masyarakat, serta menjadi pusat pelatihan untuk penanganan wabah zoonosis di Indonesia.
“Nanti Garut itu memang menjadi salah satu laboratorium lapangan untuk dilakukannya pelatihan terkait dengan respon cepat penanganan wabah yang disebabkan oleh zoonosis,” ujar dr. Leli dalam keterangannya seusai acara.
Lokasi laboratorium, di Kelurahan Margawati kecamatan Garut Kota nantinya diharapkan tidak hanya bermanfaat untuk Kabupaten Garut tetapi juga untuk seluruh Indonesia.
“Karena di Indonesia ini sekarang baru ada satu di Kulon Progo, dan sekarang yang kedua adalah di Kabupaten Garut, Kabupaten Garut yang dipilih menjadi salah satu laboratorium untuk epidemologi ini, karena memang Kabupaten Garut itu termasuk ya kita kooperatif lah, mendukung terhadap program-program yang memang ini baik untuk masyarakat,” jelasnya.
Tak hanya itu, ia juga menilai adanya laboratorium lapangan ini, diharapkan membantu program pemerintah pusat, untuk meningkatkan SDM kesehatan di Indonesia, dalam hal merespon wabah penyakit yang mungkin terjadi.
“Kemudian juga mudah-mudahan nanti bisa menjadikan Kelurahan Margawati itu menjadi desa wisata, karena nanti banyak dikunjungi oleh dari berbagai daerah, yang ketiga yaitu tentu saja program-program pengentasan wabah bisa segera tertangani dan jangan sampai terjadi lah gitu ya (wabah itu), jadi segera ketika diketahui ada wabah, segera bisa teratasi karena memang kita sudah ada praktek lapangannya,” ucap dr. Leli.
Sementara itu, Kepala Diskannak Kabupaten Garut, Beni Yoga Gunasantika, turut memberikan tanggapan atas kerja sama strategis dari BBPK Ciloto yang didukung oleh INDOHUN dan USAID ini, di mana ia melihat jumlah populasi ternak khususnya peternakan rakyat yang ada di Kabupaten Garut juga cukup strategis.
Beni juga memaparkan bahwa melalui lokakarya ini para peserta khususnya petugas kesehatan hewan dilatih untuk memitigasi resiko kebencanaan dari zoonosis yang disebabkan oleh hewan.
“Jadi mudah-mudahan tentu ini akan memperkecil dampak-dampak yang terjadi, seperti yang dikenal oleh masyarakat flu burung, antraks begitu ya, rabies dan sebagainya. Nah mudah-mudahan dengan pelatihan ini penyebab atau penyakit-penyakit yang ditimbulkan oleh hewan ini bisa semakin dikurangi,” ungkapnya.
Kepala BBPK Ciloto, Sjamsul Arifin, menjelaskan bahwa Garut dipilih karena karakteristiknya yang berpotensi mengalami KLB terkait zoonosis. Laboratorium lapangan ini diharapkan memberikan manfaat bagi Garut dan menjadi lokasi pelatihan bagi peserta dari seluruh Indonesia, dengan potensi meningkatkan ekonomi lokal melalui homestay.
“Karena pada saat lokus itu dijadikan laboratorium lapangan, itu masyarakat akan terlibat aktif sebagai dalam tanda kutip ya aktor yang disiapkan seolah-olah di daerahnya itu terjadi sebuah KLB,” tutur Sjamsul.
Sjamsul juga menerangkan jika adanya laboratorium lapangan ini akan memberikan banyak benefit tersendiri bagi Kabupaten Garut, karena nantinya peserta yang akan memanfaatkan laboratorium lapangan ini akan berasal dari berbagai daerah di Indonesia, sehingga Kabupaten Garut bisa ter-expose.
Sjamsul menargetkan laboratorium lapangan epidemiologi di Kabupaten Garut dapat berjalan pada tahun depan, dengan harapan dapat meningkatkan pilihan wahana latihan bagi peserta dari seluruh Indonesia yang berlatih di BBPK Ciloto.
“Sehingga pada saat ada peserta-peserta seluruh Indonesia yang latihan di BBPK Ciloto perlu lapangan itu sudah banyak pilihan, saya kira kalau Garut itu termasuk lokasi yang paling dekat dengan Ciloto, nanti lama-lama ke Garut semua, dan itu benefit buat Garut,” tandasnya.
Pian