KEPULAUAN SELAYAR, ReformasiAktual.com – Ternyata perhatian dan kepedulian Kepala Kepolisian Resor (Kapolres) Kepulauan Selayar, Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) Ujang Darmawan Hadi Saputra, SH, S.IK, M.M, M.IK kepada sejumlah wartawan yang bertugas di Bumi Tanadoang dengan memberikan paket Ramadhan 1445 H telah mendapatkan acungan jempol dan apreasiasi positif dari Guru Besar Universitas Halu Oleo Kendari Sulawesi Tenggara, Prof Dr Ir Aminuddin Mane Kandari, M.Si. Penyerahan ratusan paket Sembilan Bahan Pokok (Sembako) untuk pekerja kuli tinta dan kaum dhuafa yang berlangsung di Kantor Samsat Jl Sutoyo Siswomiharjo Benteng kemarin, Jumat dan Sabtu 05 – 06 April (hari ini red) dilakukan oleh Kepala Unit Register dan Identifikasi Kendaraan Bermotor Satuan Lalu Lintas Polres, Inspektur Dua (Ipda) Muh Reqsan.
“Alhamdulillah, Selamat dan Sukses kami ucapkan kepada wartawan ReformasiAktual.com, M. Daeng Siudjung Nyulle bersama rekan-rekannya atas perhatian dan kepedulian sekaligus penghargaan yang dipersembahkan oleh sahabat dari Unit Regindent Lantas Polres Selayar kemarin sore. Ini merupakan momen yang patut di contoh dan diteladani oleh semua instansi di wilayah kerja masing-masing yang memperlihatkan kesadarannya bahwa profesi wartawan adalah mulia sebagai dorongan dan filter untuk bekerja lebih baik sesuai tugas pokok dan fungsi (Tupoksi) yang diemban yang dapat menjadikan prestasi bagi instansi dan ide-ide diri kita untuk lebih dikenal oleh masyarakat luas.” ujar putra keturunan Selayar yang sudah beranak pinak di Wakatobi Sultra.
“Itulah salah satu wujud dan bukti kepedulian seorang pimpinan yang Visioner dan Pro Rakyat dalam Bingkai Silaturahim atas dasar Iman dan Taqwa (Imtaq). Bukan mengumpul uang hanya untuk sekedar persiapan berbagi saat menjelang Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pilkada) atau yang lebih tren orang menyebutnya money politic (politik uang). Ini adalah salah satu indikator pimpinan yang Visioner dan Pro Rakyat adalah calon pemimpin yang anti money saat Pikada dan Pasca Pilkada atau saat lelang jabatan lainnya.” Prof Aminuddin menambahkan.
Menurut pandangan Prof Aminuddin bahwa money politic merupakan racun bagi kemajuan suatu wilayah atau daerah dan capaian kesejahteraan masyarakatnya. Hal ini terjadi karena setelah memenangkan pertarungan Pilkada bukan lagi visinya yang dipikirkan demi untuk kemajuan daerah dan kesejahteraan masyarakatnya namun yang dipikirkan adalah bagaimana cara untuk mengembalikan uang yang dibagi saat Pikada dengan cara memperkaya diri bersama kroninya untuk persiapan Pikada berikutnya. Sebab rakyat sudah dianggap telah dibayar dan sudah selesai menerima bagiannya.
Olehnya itu pada Pilkada yang akan dihelat 27 Nopember 2024 mendatang, sebagai putra Selayar yang sudah berdomisili di Binongko Wakatobi mengimbau agar masyarakat pemilih cerdas dan berakal sehat untuk tidak tergiur dengan nominal uang yang dibagikan oleh calon tertentu saat Pilkada. Sebab itu justru akan membuat masyarakat akan mengalami penderitaan yang tiada akhir dan hanya sekedar kesejahteraan yang dirasakan sesaat. Sebab berapapun nominalnya akan habis dalam waktu paling lama lima (5) hari kemudian harus menunggu 5 tahun lagi berikutnya. Inilah yang disebutkan oleh pemikir-pemikir cerdas, “Sejahtera 5 hari tapi Sengsara dinikmati 5 tahun. Sementara yang memenangkan Pilkada akan kembali modal dalam jangka 5 bulan dan sejahtra selama 5 tahun atau bahkan bisa selamanya.
Oleh sebab itu kata Prof Aminuddin, kami sebagai warga Selayar yang sedang berada di tanah rantau memohon dengan sangat kepada masyarakat Kepulauan Selayar bahwa pada Pilkada yang akan digelar Nopember tahun ini sedapat mungkin bisa berpikir cerdas sebelum mementukan pilihannya. Kalau memang mau daerah kita Selayar tetap ketinggalan dalam berbagai hal dan rakyatnya tetap miskin dan ketinggalan ekonominya maka pililah calon yang melakukan politik uang. Karena semakin tinggi pembayarannya atau dalam bahasa Selayar “Bakka’ji pa’bembeng na maka akan semakin tidak diperhatikan visi dan misinya selama berkampanye. Karena jika sudah menang maka yang dipikirkan bukan lagi kepentingan atau perut rakyatnya tetapi bagamana bisa mengembalikan modalnya.
Sifat ini adalah sifat manusia yang kurang terpuji atau tercelah dan dapat merusak tatanan dalam bermasyarakat. Apalagi sifat ini telah menghalalkan segala macam cara. Haram atau halal la jappu’ ngase’ji. Ini salah satu indikator riil pemimpin yang tidak memiliki jiwa atau konsep membangun. Dan ini juga masuk dalam kategori model uang haram. Karena Pemerintah Pusat menurunkan anggaran yang cukup besar kepada kabupaten dan kota atau propinsi untuk kepentingan umum menuju masyarakat Indonesia sejahtera dan religius.” kunci Prof Aminuddin Mane Kandari. (M. Daeng Siudjung Nyulle)