Reformasiaktual.com// KEPULAUAN SELAYAR (Sulsel)- Bupati Kepulauan Selayar, HM Basli Ali meminta para pengungsi akibat getaran gempa bumi di Larantuka – Meumere Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) yang memporak-porandakan ratusan rumah warga di Kecamatan Pasi’marannu dan Pasi’lambena dalam wilayah Kabupaten Kepulauan Selayar Sulawesi Selatan untuk kembali ke rumah mereka. Dan bagi warga yang memang kondisi rumahnya sudah cukup parah dan bahkan dinyatakan rata dengan tanah agar dapat tinggal sementara dirumah keluarga atau tetangga terdekat. Sambil menunggu penanganan secara preventif dari Pemerintah. Pernyataan itu disampaikan HM Basli Ali disetiap kunjungannya di posko pengungsian selama dua hari yang dimulai pada Rabu dan Kamis (14 – 16/12/21) di Pulau Kalao Toa, Pulo Madu, Bonerate dan terakhir di Pulau Lambego.
Bupati juga meminta para pengungsi untuk bersabar dan sekaligus menunggu bantuan logistik yang akan dibawa Kapal Angkatan Laut Suluh Pari II dari ibukota Kabupaten Kepulauan Selayar, Benteng. Kapal itu akan membawa bantuan berupa logistik bahan makanan, minuman serta kebutuhan korban getaran gempa bumi Larantuka – Meumere NTT.” ungkapnya.
Mendengar adanya laporan Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah, Ahmad Ansar sekaitan data pengungsi yang hanya dikisaran 3.900 yang dianggap data yang tidak memiliki dasar, secara tegas HM Basli Ali menyatakan,” Jangan percaya dengan data yang informasi yang disampaikan oleh Kalak BPBD Selayar sekaitan dengan korban getaran gempa Larantuka – Meumere NTT, dua hari lalu. Ahmad Andar itu tidak memiliki data yang valid dan benar karena tidak turun ke lokasi kejadian. Mending mintanya langsung kepada Camat di 2 kecamatan itu. Pernyataan ini dilontarkan Bupati lantaran merasa kesal pasca memberikan informasi yang dinilai tidak benar kepada salah satu media kemarin.
Dalam kunjungan kerjanya selama dua hari dipulau, Bupati HM Basli Ali turut didampingi Kepala Kepolisian Resor (Kapolres) Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) Ujang Darmawan Hadi Saputra, SH, S.Ik, MM, M.Ik, Komando Distrik Militer (Kodim) 1415 Selayar, Letnan Kolonel (Letkol) Kav Adi Priyatna, Kepala Kejaksaan Negeri (Kajari) yang diwakili Kepala Seksi Intelijen, La Ode Fariadin, SH, Komandan Pos (Dampos) TNI Angkatan Laut, Letda Laut (E) Siswandoyo, Kepala Dinas Sosial, Patta Amir, SP, Dinas Kesehatan diwakili, Andi Iskandar, S.KEP.NS, Basarnas, Satuan Polisi Pamong Praja (Sat Pol PP), Camat Pasi’lambena, Patta Bau, S.Sos, M.Si dan Camat Pasi’marannu, Syamsil.
Berdasarkan pantauan Reformasiaktual.com Kepulauan Selayar selama dua hari terdapat puluhan titik pengungsian di 2 wilayah kecamatan pulau dengan total pengungsi mencapai puluhan ribu jiwa. Di Kecamatan Pasi’lambena, disamping ratusan rumah yang memang dinyatakan rata dengan tanah juga jalan poros dari ibukota kecamatan menuju daerah pegunungan Latokdok – Buranga terputus akibat longsor dan jalan aspal yang retak menganga. Sehingga aktifitas masyarakat pasca gempa dinyatakan lumpuh total. Kendaraan roda dua juga mengalami kesulitan saat melintas akibat banyaknya batu besar yang berjejer dibadan jalan serta material dan reruntuhan bangunan.
Selain kerusakan rumah warga dan tanah longsor juga terdapat warga yang mengalami luka ringan, cedera, memar dan bahkan ada yang mengalami patah tulang akibat reruntuhan bangunan. Juga dikabarkan dua warga Desa Pulo Madu Kecamatan Pasi’lambena terpaksa dilarikan ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) KH Hayyung Parappa Selayar untuk mendapatkan pertolongan dan perawatan secara medis. Keduanya adalah warga Dusun One Satonda yaitu Darmina (55) dan Cari Kamba (65) yang merupakan satu keluarga. Cari Kamba mengalami luka parah pada bagian kepala akibat tertimpa tembok saat gempa menggetarkan Pulo Madu pada Selasa (14/12/21) menjelang siang.
Kerusakan yang sama juga dialami oleh masyarakat Desa Lambego Kecamatan Pasi’marannu. Menurut keterangan Kepala Desa Lambego, Mashudin ketika dimintai data oleh Bupati mengungkapkan jika khusus rumah warga yang dinilai rata dengan tanah mencapai 30 an dan selebihnya hanya kerusakan ringan berupa retakan dan dinding yang jatuh.” pungkas dia.
Sekedar untuk diketahui bahwa rombongan Bupati Kepulauan Selayar lepas sandar di Pelabuhan Ferry Pattumbukang dengan menggunakan speedboat Hercules milik Ayong Robert pada pukul 05.50 Wita, Rabu (15/12/21) kemarin dengan tujuan Latokdok Desa Kalao Toa Kecamatan Pasi’lambena. Lama perjalanan ditempuh selama 5 jam 5 menit. Rombongan yang totalnya sekitar 30 orang sempat mengalami kesulitan akibat material bekas longsor yang menghalangi badan jalan poros. Apalagi dengan kondisi pendakian yang sangat tajam dan licin akibat hujan pasca gempa bumi terjadi.
Usai melakukan peninjauan langsung kepada korban gempa bumi di Pulau Kalao Toa, Bupati dan rombongan kemudian menuju Pulau Madu yang merupakan pulau terluar dan terjauh Kepulauan Selayar dari ibukota kabupaten, Benteng Selayar. Selama berada dipulau Bupati dan rombonga hanya menggunakan kendaraan roda dua. Termasuk saat meninjau kerusakan rumah warga di One Satonda Desa Pulo Madu.
Sekitar pukul 16.10 Wita, Rabu (14/12/21) sore, speedboat Hercules yang dinakhodai Ayong lepas jangkar di Pulo Madu dengan tujuan Pulau Bonerate. Lama perjalanan dari Pulo Madu ke Pulau Bonerate hanya sekitar 2 jam. Usai makan malam, rombongan langsung istirahat. Dan tadi pagi sekitar pukul 07.00 Wita kembali meninjau puluhan titik pengungsian di Bonerate. Diantaranya di Bukit Majapahit, La Gundi, Bukit Miantuu, La Jaa, Sambali, Bonea, La Rabu, Benteng, poros menuju One Malangka dan Bukit Lambego.
Usai makan siang, kembali rombongan menuju Pelabuhan Laut Bonerate di Desa Bonerate untuk melanjutkan perjalanan ke Pulau Kalao atau Lambego. Disana juga Bupati bersama rombongan melakukan peninjauan kerusakan sekaligus melihat langsung para korban gempa ada ditengah perkebunan mentek. Dari Lambego langsung menuju Pelabuhan Laut Rauf Rahman Benteng didaratan Pulau Selayar dengan lama perjalanan sekitar 4 jam. Tepat pukul 17.55 Wita, sore tadi speedboat Hercules ikat tali di Pelabuhan Benteng Selayar. Tak jauh dari Appatanah Kecamatan Bontosikuyu, speedboat Hercules milik nakhoda mengalami kerusakan mesin. Sehingga dengan sangat terpaksa yang tadinya 4 mesin tempel kini sisa menggunakan tiga buah mesin.
(M. Daeng Siudjung Nyulle)