ReformasiAktual.com//KEPULAUAN SELAYAR – Kecamatan Pasi’lambena adalah merupakan wilayah kecamatan terjauh dan terluar dari ibukota Kabupaten Kepulauan Selayar Propinsi Sulawesi Selatan. Pasi’lambena secara administrasi berbatasan dengan Propinsi Nusa Tanggara Timur (NTT) pada bagian selatan sedangkan disebelah timur utaranya berbatasan dengan Propinsi Sulawesi Tenggara (Sultra). Lama jarak tempuh dengan menggunakan kapal tradisional Selayar antara 18 hingga 24 jam dari ibukota Kecamatan Pasi’lambena di Latokdok ke Benteng Selayar.
“Pasi’lambena adalah kecamatan terakhir dalam jadwal Kunjungan Kerja (Kunker) Wakil Bupati Kepulauan Selayar yang dirangkaikan dengan Safari Nusulul Qur’an serta pembagian zakat di lima kecamatan pulau yang terdiri dari Pasimasunggu, Pasimasunggu Timur di Pulau Jampea, Pasimarannu di Pulau Bonerate, Taka Bonerate di Pulau Kayuadi dan terakhir di Pulau Kalao Toa Kecamatan Pasilambena. Kunjungan ini berlangsung dari tanggal 30 Maret hingga 5 April 2023 hari ini. Olehnya itu, usai acara di Kampung Muallaf Dusun Gonda Desa Goraupa, Wabup H Saiful Arif mengomando rombongannya untuk segera menaiki kapal yang dinakhodai Agus Salim.
“Ayo, kita siap-siap ke kapal untuk kembali ke Benteng ibukota kabupaten,” tegasnya sedikit bernada merintah.
Saat rombongan hendak meninggalkan Pelabuhan Latokdok kata H Saiful Arif, kami dilepas Camat Pasi’lambena, Andi Irwan, Komandan Pos TNI, Sudirman dan Babinsa Kalao Toa, Furqan Mubin serta puluhan tokoh masyarakat. KM Banawa Nusantara 90 yang dinakhodai Agus Salim angkat jangkar pada Selasa 4 April malam sekitar jam 21.50 Wita.
Awalnya cuaca sangat bersahabat dan teduh. H Makking salah seorang tokoh masyarakat bergumam. “Besok pagi, jika tak ada aral yang menghalang, sudah bisa tiba di Pelabuhan Laut Rauf Rahman Benteng. Akan tetapi baru disekitaran satu jam berlayar, angin kencang dan ombak besar sudah mulai menghantam badan kapal. Hujanpun mulai turun dan bahkan semakin lama kian deras sedangkan kapal sudah terasa oleng. Sesekali air laut naik melalui depan dan samping.
Rombongan mulai tegang malahan sebagian sudah mutah-muntah. Kursi nakhoda sempat terjungkir balik saat sedang kosong. Sedang nakhoda Agus Salim sempat terhempas ke pintu ruang kemudi. Kondisi ini berlangsung lama hingga saat makan sahur tiba pada jam 04.00 Wita, Rabu dini hari tadi. Malah ada rombongan yang sudah tidak sanggup untuk bangun makan sahur.” H Saiful ceritakan.
“Kecepatan kapal pun dikurangi. Kapal dikendalikan berjalan zikzak untuk menghindari hantaman ombak. Hingga pada akhirnya sang nakhoda berbalik haluan menuju kawasan Taman Nasional Laut Taka Bonerate untuk berlindung sehingga perjalanan akan lebih tenang. Tapimnyatanya, perjalanan menjadi lebih tenang nanti setelah lepas shalat subuh.” papar H Saiful Arif.
Karena merubah arah haluan sehingga waktu tempuh dari Latokdok di Kalao Toa ke Benteng dengan perkiraan awal jarak tempuh cuma 15 jam yang diperkirakan tiba pukul 13.00 siang tadi ternyata molor sekitar 2 jam. “Kita tiba di Pelabuhan Benteng usai shalat Ashar sore tadi.” kunci Wabup Selayar seraya menyatakan jika sepanjang perjalanan selalu berkomunikasi dengan para anggota Komunitas Radio Antar Penduduk Indonesia (RAPI).
(M. Daeng Siudjung Nyulle)