Seluruh Agama Berkolaborasi dan Bertekad Ciptakan Bandung Kota Agamis

Berita Kota260 Dilihat

 

Reformasiaktual.com//Kota Bandung, – Demi memastikan visi dan misi membangun masyarakat yang humanis dan agamis, Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung menggelar pertemuan rutin dengan tokoh-tokoh agama. Salah satunya silaturahmi bersama Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Bandung di Balai Kota, Jumat, 14 Januari 2022.

Melalui forum ini, MUI Kota Bandung memaparkan beberapa program terkait menjadikan Bandung sebagai kota agamis di tahun 2023.

“Program Bandung Agamis juga merupakan salah satu janji visi dan misi almarhum Mang Oded dan saya di periode 2018-2023. Sehingga, tentu kami akan sangat mendukung program ini berlangsung,” ujar Plt. Wali Kota Bandung, Yana Mulyana.

Yana menekankan, makna dari Bandung Agamis ini bukan hanya berbicara tentang Islam, tapi seluruh aspek keagamaan yang diakui oleh Pemkot Bandung
“Agamis ini merupakan bentuk ikhtiar kita mewujudkan Kota Bandung yang kondusif di mana semua pemeluk agama bisa terpenuhi hak ibadahnya dengan aman dan nyaman,” jelasnya.

Untuk itu, Yana menambahkan, perlu kerja sama dari semua pihak, mulai dari tokoh agama hingga masyarakat Kota Bandung untuk menyukseskan program ini.

“Setiap dua bulan sekali kita biasanya rutin bertemu dengan para pemuka agama. Berdiskusi tentang langkah-langkah apa yang bisa dikolaborasikan untuk mewujudkan Bandung Agamis 2023,” papar Yana.

Yana juga menyatakan, jika ia akan selalu berupaya untuk melanjutkan program-program baik yang sudah sejak dulu dilakukan almarhum Mang Oded.

“Program-program dari Mang Oded akan tetap kita lanjutkan, seperti Jumat Keliling, memberi bantuan ke masjid-masjid. Dalam sebulan kita akan datang ke tiga masjid, yakni dua masjid yang biasa dan satu masjid besar,” imbuhnya.

Jumat Keliling merupakan salah satu cara almarhum Mang Oded menyampaikan informasi dan menerima aspirasi serta koreksi dari warga Kota Bandung.

Selepas salat Jumat, akan ada acara bernama Ngabandungan. Di kesempatan itulah, Mang Oded menyampaikan informasi terkait pembangunan di Kota Bandung serta kebijakan-kebijakan Pemkot Bandung.

Sedangkan, untuk program bantuan ke masjid-masjid, meski di tengah keterbatasan anggaran sejak masa pandemi, Yana menuturkan, Pemkot Bandung akan terus membantu kegiatan-kegiatan keagamaan melalui program hibah.

“Meski memang terbatas, tapi alhamdulillah tahun 2021 Pemkot bisa membantu melalui program hibah sekitar Rp3,5 miliar. Lalu, di tahun 2022 ini insyaallah akan kami tingkatkan menjadi Rp4 miliar,” ucap Yana.

Yana menambahkan, selain program hibah, Pemkot Bandung juga memiliki satuan tugas (satgas) anti rentenir untuk membantu masyarakat yang terlilit utang.

Untuk merealisasikan Bandung Agamis secara lebih konkret pada tahun 2023, Ketua MUI Kota Bandung, Miftah Farid mengatakan, Pemkot Bandung perlu mengeluarkan regulasi tertentu terkait program ini.

“Butuh peraturan yang lebih sistematis. Perumusannya harus matang dan kita akan evaluasi bersama per caturwulan atau empat bulan,” ujar Miftah.

Ia juga menyampaikan, setiap dua kali dalam setahun, Pemkot Bandung memfasilitasi silaturahmi bersama MUI untuk membahas beberapa program.

“Kami bekerja sama dengan Pemkot menjadikan masjid bukan hanya sebagai pusat ibadah, tapi juga koperasi berbasis masjid sebagai pusat ekonomi. Kemudian kita juga sedang menggalakkan semangat masjid yang hijau,” katanya.

Miftah mengatakan, MUI selalu berkoordinasi dengan Pemkot Bandung terkait delegasi penceramah ke masjid-masjid di 30 kecamatan se-Kota Bandung.

“Ada ke 30 kecamatan dan 30 masjid besar. Kami mengumpulkan camat, lurah, dan MUI setempat agar semuanya bergerak untuk menjalankan program pelatihan yang dilakukan setiap hari Jum’at,” akunya.

Dalam pertemuan silaturahmi ini, Wakil Ketua Umum MUI Kota Bandung, Asep Saeful Muhtadi juga memberikan beberapa contoh program yang telah dikeluarkan Pemkot Bandung.

“Misalnya, Gerakan Magrib Mengaji untuk masyarakat muslim Kota Bandung. Pemkot Bandung bisa mengeluarkan regulasi berupa: semua anak-anak di Bandung kenal dengan kitab suci. Dengan begitu, kita bisa berantas buta huruf Quran di masyarakat sejak dini,” jelas Asep.

Regulasi ini, imbuh Asep, bisa diaplikasikan secara perlahan ke beberapa kecamatan terlebih dahulu.

“Kita buat pilot project dulu di kecamatan tertentu untuk dilakukan proses sosialisasi dan adaptasi,” imbuhnya.

Asep menuturkan, besar harapan MUI kepada Pemkot Bandung untuk kembali mewujudkan Bandung Agamis setelah di periode sebelumnya sempat meredup.

“Pengelolaan Kota Bandung yang memiliki kecenderungan agamis ini sudah lama dilakukan bersama MUI sejak pemerintahan Dada Rosada. Namun, sempat meredup di masa pemerintahan setelahnya. Lalu, bangkit kembali di masa almarhum Mang Oded dan Pak Yana,” tutur Asep.

 

 

Korprina//Humas/Diskominfo Kota Bandung

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *