Warga Asal Muna Bertahan Hidup  dan Tinggal Dibekas Kandang Sapi di Kolo-Kolo Selayar

Daerah460 Dilihat

 

Reformasiaktual.com//Kab.Selayar( Sulsel )- Fitri (26) asal Kabupaten Muna Sulawesi Tenggara (Sultra) bersama suaminya, Iskandar (39) serta tiga orang anaknya masing-masing, Maher Zen (11), Alfin Khan (8) dan Kanza Sandrika (1) setelah memilih hijrah ketempat kelahiran suaminya di Selayar Sulawesi Selatan, ia rela hidup dan tinggal didalam kandang bekas penggemukan sapi milik mantan Bupati Selayar dua periode, H Syahrir Wahab di Kolo-Kolo Kelurahan Bontobangun.

Orang tuanya hanya seorang pekerja serabutan. Bahkan untuk kebutuhan sehari-hari keluarga ini banyak dibantu oleh anak keduanya, Alfin Khan usia 8 tahun yang masih duduk kelas II Madrasah Ibtidaiyah Negeri Benteng. Sepulang sekolah yang jaraknya dikisaran 3 kilometer dari kota Benteng, Alfian dengan sigap mengambil sepeda tua miliknya dan menjadi penjual keliling sayur dan buah tanpa mengenal panasnya matahari maupun hujan di tengah kota. Anak ini yang dikabarkan pernah viral disosial media sebagai tulang punggung keluarganya. Memang tak satupun manusia  yang pernah bercita-cita untuk menjadi orang miskin. Akan tetapi soal umur, jodoh maupun rezeki adalah merupakan rahasia dan ketetapan Allah SWT.

Meskipun hidupnya serba kekurangan namun keluarga ini tetap hidup rukun dan tampak harmonis. Tak sedikitpun tampak diraut wajah mereka jika belum makan saat media ini bertandang ke kandang sapi tempat mereka tinggal, Minggu (12/12/21) kemarin. Padahal jam sudah menunjukkan angka 14.38 Wita. Bahkan saat anak bungsunya, Kanza Sandrika menangis pertanda perut kosong, Fitri ibunya cuma menggendong dan mengelus-elus kepala anaknya seraya menyuruh anak keduanya Alfin untuk membeli mie instant diwarung yang tak jauh dari tempat mereka tinggal. “Nak Alfin, belikan adikmu mie instant diwarung sana. Ada uang itu didalam tas saya.” papar ibunya tanpa menunjukkan tas itu berada dimana.

Alfinpun menatapi ibunya. Seakan bertanya, dimana tas ibu. Terbaca jika sepertinya mereka sudah tak memiliki apa-apa lagi untuk makan. Reformasiaktualpun hingga angkat bicara dan bertanya kepada suaminya,” Ada tidak beras untuk makan hari ini ? Maka spontan dijawab yang hampir bersamaan dengan istrinya.” Sama sekali tidak ada, pak.” Mendengar jawaban itu, Kepala Lingkungan Bontosaile Kelurahan Bontobangun, Abd Gani yang mendampingi wartawan M. Daeng Siudjung Nyulle tampak meleleh air matanya sebagai tanda rasa haru.

Disitulah terungkap jika pernah suatu ketika, Andar panggilan akrab Iskandar ini mendatangi salah satu kantor lurah di Kota Benteng untuk meminta bantuan namun tidak mendapatkan respon dari staf kelurahan. Kala itu, kami masih tinggal di Benteng. Akhirnya, ia pulang dengan tangan kosong. Andaikan bantuan berupa makanan, tempat sampah saja yang diminta tidak diberi. Kata petugasnya, cari saja karung untuk tempat sampah.” ungkapnya dengan mimit kecewa.

Selain itu menurut pengakuan Iskandar, selama berdomisili di Kota Kendari sekitar 4 tahun yang lalu dirinya membuka bengkel secara kecil-kecilan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-harinya. Namun setelah pindah di Selayar iapun mengaku tidak punya pekerjaan tetap dan pasti. Dan ketika ia ditawari oleh H Syahrir Wahab untuk menjaga kebunnya yang terletak di Dusun Bontosaile Kolo-Kolo, spontan diterima. Apalagi tidak ada pekerjaan lain yang bisa mendapatkan uang demi untuk menutupi kebutuhan keluarganya.” ungkap Andar.

 

(M. Daeng Siudjung Nyulle)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *