Susunan Acara, Ritual, dan Prosesi Pernikahan Adat Lampung

Budaya1481 Dilihat

 

Reformasiaktual.com//LAMPUNG--Ingin menikah menggunakan tata cara adat Lampung? Berikut ini prosesi lengkap pernikahan adat Lampung yang harus kamu ketahui.

Pernikahan adat merupakan ciri khas dan kekayaan budaya masyarakat Indonesia yang unik sekaligus berharga.
Masyarakat Lampung termasuk kelompok masyarakat yang masih memegang teguh tradisi pernikahan adat Lampung.
Tidak hanya prosesi, tata cara pelaksanaan, aturan, serta persyaratan pernikahan adat Lampung tergolong rumit.
Bagi kamu yang ingin melangsungkan pernikahan menggunakan adat Lampung,
berikut susunan acara, ritual, dan prosesi pernikahan adat Lampung serta makna di balik setiap prosesi.

Prosesi Pernikahan Adat Lampung Sebelum Hari Pernikahan

1. Nindai/Nyubuk

Prosesi pernikahan adat Lampung akan dimulai dengan acara Nindai/Nyubuk. Pada prosesi ini, orang tua calon mempelai pria akan menilai wanita yang dipilih putranya sebagai calon istri.
Salah satu tradisi yang dilakukan adalah cangget pilangan, di mana calon mempelai pria dan wanita mengenakan pakaian adat. Lalu utusan keluarga calon mempelai pria nyubuk atau nindai calon mempelai wanita di balai adat.

2. Nunang / Melamar

Seusai acara Nindai, biasanya orang tua akan menentukan hari baik untuk prosesi lamaran. Pada saat hari itu datang, keluarga calon mempelai pria akan datang menyampaikan maksud dan tujuan kedatangannya, yaitu untuk melamar.
Ada sederet barang yang dibawa saat berkunjung, antara lain makanan, kue-kue, dodol, alat merokok, dan alat-alat nyireh ugay cambia (sirih pinang) dengan jumlah sesuai kesepakatan dan kemampuan calon mempelai.

Baca Lainnya :

Enam Adat Istiadat Unik dan Terkenal di Lampung0
Mengenal Begawi: Tradisi Upacara Adat Khas Suku Lampung0
Batin Mangunang,Pahlawan Lampung Asal Tanggamus0
KH Ahmad Hanafiah, Penggerak Laskar dari Lampung0
Peta Wisata Bandung, Mulai dari Lembang – Ciwidey0
3. Nyirok / Ngikat

Prosesi Nyirok pada pernikahan adat Lampung biasanya dilaksanakan di waktu yang sama dengan acara Nunang.
Di sini calon mempelai pria berkesempatan untuk memberi tanda pengikat dan hadiah kepada calon mempelai wanita berupa mas berlian, kain jung sarat, dan lain sebagainya.
Kemudian, orang tua calon mempelai pria mengikat pinggang calon mempelai wanita dengan benang lutan tiga warna (merah, putih, hitam) sepanjang 1 meter.
Dengan ini diharapkan kedua pasangan berjodoh dan terhindar dari halangan.

4. Berunding / Menjeu

Setelah rangkaian prosesi lamaran selesai dilangsungkan, pihak keluarga pria akan mengirim utusan untuk berunding dengan pihak keluarga calon mempelai wanita guna membicarakan tentang uang jujur, mas kawin, adat apa yang akan digunakan, serta menentukan tempat acara akad nikah. Tak lupa sang utusan membawa dudul cumbi.

5. Sesimburan / Dimandikan

Hampir di setiap pernikahan adat memiliki prosesi siraman yang bertujuan untuk menyucikan diri. Begitu pula ini menjadi salah satu prosesi pernikahan adat Lampung, dinamakan Sesimburan. Prosesi ini dilakukan di sumur atau kali dengan arak-arakan.
Calon mempelai wanita dipayungi dengan payung gober, diiringi dengan musik tradisional atau tetabuhan (gender, gujib, dll), dan talo lunik.
Uniknya, calon mempelai wanita tidak sendirian menjalani prosesi ini. Ia bersama para gadis dan ibu-ibu mandi bersama dan saling simbur.
Selain untuk menyucikan diri, prosesi Sesimburan ini juga bertujuan untuk menolak bala sebelum akad nikah.

6. Betanges / Mandi Uap

Selain persiapan mental, persiapan fisik pun dilakukan calon mempelai wanita Lampung. Prosesi Betanges atau mandi uap ini bertujuan agar tubuh lebih segar dan wangi, serta di hari pernikahan tidak terlalu banyak mengeluarkan keringat.
Uap yang dipakai bukan uap biasa, melainkan berasal dari rebusan rempah-rempah wangi (pepun) yang diletakkan di bawah kursi yang diduduki calon mempelai wanita.
Selama 15-25 menit, calon mempelai wanita akan dikurung di dalam tikar pandan yang pada bagian atasnya akan ditutup tampah atau kain sehingga uap menyebar ke seluruh tubuh.

7. Berparas / Mencukur

Setelah memperelok tubuh pada ritual Betanges, maka ritual pernikahan adat Lampung selanjutnya bertujuan untuk memperelok wajah calon mempelai wanita.
Pada ritual Berparas ini, bulu-bulu halus dihilangkan. Tak hanya itu, alis dibentuk guna memudahkan juru rias membentuk cintok pada dahi dan pelipis.
Malam harinya dilanjutkan dengan memasang pacar pada kuku calon mempelai wanita.

Prosesi Pernikahan Adat Lampung Pada Hari Pernikahan

8. Upacara Adat

Beberapa jenis upacara adat dilaksanakan dengan cara tertentu sesuai dengan kesepakatan. Di kediaman keluarga pihak calon mempelai wanita dilaksanakan 3 acara pokok dalam 2 malam, yaitu Maro Nanggep, Cangget Pilangan, dan Temu di Pecah Aji.

9. Upacara Akad Nikah

Sampailah pada prosesi paling penting dalam pernikahan, yaitu akad nikah. Akad nikah pada tradisi Lampung lazimnya dilaksanakan di rumah calon mempelai pria, namun seiring dengan berkembangnya zaman, prosesi akad nikah tak sedikit yang dilangsungkan di rumah calon mempelai wanita.
Saat mengunjungi lokasi akad nikah, barisan rombongan calon mempelai pria paling depan adalah perwatin adat dan pembarep (juru bicara).
Kemudian rombongan akan diterima oleh rombongan serta pembarep calon mempelai wanita.
Rombongan dari kedua calon mempelai dihalangi rintangan kain sabage atau cindai yang dinamakan Appeng. Setelah tercapai kesepakatan, maka juru bicara dari pihak calon mempelai pria menebas Appeng menggunakan alat terapang.
Baru rombongan calon pengantin laki-laki dipersilahkan masuk dengan membawa seserahan berupa dodol, urai cambai (sirih pinang), juadah balak (lapis legit), kue kering, dan uang adat. Setelah seserahan diserahkan, calon mempelai pria dibawa ke tempat akad nikah dilaksanakan, dipersilakan duduk di kasur usut.
Seperti tradisi pernikahan adat lain seperti pernikahan adat Sunda dan jawa, pada pernikahan adat Lampung kedua mempelai melakukan sungkem (sujud netang sabuk) kepada orang tua serta sembah sujud kepada para tetua yang hadir seusai prosesi akad nikah selesai.

Prosesi Pernikahan Adat Lampung Setelah Pernikahan

10. Upacara Ngurukken Majeu / Ngekuruk

Setelah akad nikah, prosesi pernikahan adat Lampung masih berlanjut. Mempelai wanita dibawa ke rumah mempelai pria dengan menaiki rato, sejenis kereta roda empat dan jepanon atau tandu.
Mempelai pria duduk di depan mempelai wanita sambil keduanya memegang tombak. Mempelai pria memegang bagian ujung mata tombak yang digantungi kelapa tumbuh dan kendi berkepala dua.
Sedangkan pengantin wanita memegang bagian belakang tombak yang digantungi labayan putih atau tukal yang disebut seluluyan.
Setelah itu, kedua mempelai berjalan perlahan diiringi musik tradisional talo balak, dengan tema sanak mewang diejan.
Kelapa tumbuh memiliki makna umur panjang dan beranak pinak, sementara kendi bermakna dingin hati dan kesetiaan dunia akhirat. Lebayan atau benang setungkal berarti membangun rumah tangga yang harmonis.

11. Tabuhan Talo Balak

Terakhir, prosesi Tabuhan Talo Balak dilaksanakan di kediaman mempelai pria. Sesampainya kedua mempelai di sana, tabuhan talo balak irama girang-girang dan tembakan meriam akan menyambut kedatangan pengantin.
Dalam prosesi terakhir pernikahan adat Lampung ini, orang tua dan keluarga dekat mempelai pria ikut menyambut, dan seorang ibu yang diutus akan menaburkan beras kunyit yang bercampur uang logam.
Selanjutnya pengantin perempuan mencelupkan kedua kaki ke dalam pasu, wadah dari tanah liat beralas talam kuningan yang berisi air dan anak pisang batu, kembang titew, daun sosor bebek dan kembang tujuh rupa. Isian ini melambangkan keselamatan, dingin hati, dan keberhasilan dalam rumah tangga.
Kemudian kedua mempelai naik ke rumah sembari dibimbing oleh mertua perempuan, didudukkan di atas kasur usut yang digelar di depan appai pareppu atau kebik temen, yang adalah kamar tidur utama.
Kedua mempelai duduk bersila dengan posisi lutut kiri mempelai pria menindih lutut mempelai wanita. Prosesi ini memiliki makna agar kelak mempelai wanita patuh pada sang suami.
Prosesi yang panjang bisa dibilang merupakan ciri khas pernikahan Indonesia. Namun jika ditelaah lebih dalam tentang makna di belakang setiap prosesinya, dijamin akan lebih banyak masyarakat Indonesia yang tertarik untuk menerapkan tradisi adat dan budaya masing-masing pada pernikahannya.Oleh sebab itu, alangkah baiknya sebagai masyarakat Indonesia mengenal adat dan budaya masing-masing lebih jauh lagi agar lebih bisa menghargai serta melestarikannya.

 

(Feri-Tabrani)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *