Sukabumi// Reformasiaktual.com – Peredaran obat-obatan yang tergolong kategori obat keras Golongan G sudah beredar luas. Bahkan pelajar sekolah pun bisa dengan mudah membelinya di toko-toko pinggir jalan
Hasil dari penelusuran warung yang terbuat dari kayu yang menjual obat-obatan jenis tramadol dan hexymer juga ditemukan di Jl. Baru Sukaraja, Pasirhalang, Kec. Sukaraja, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Persisnya tidak jauh dari PT.Bina san Prima Sukabumi.
Ketika, dikonfirmasi kepada si penjaga warung tersebut yang tidak diketahui namanya, menjelaskan, Kalo dia Menjual Obat jenis tramadol cuma buat cari makan sehari hari.
Ketika kami menanyakan siapa pemilik nya , si penjual obat keras tersebut hanya diam.
Kemudian kami langsung melanjutkan perjalanan kembali. Untuk mencari info Yang akurat.
Singkatnya, Salah satu warga yang enggan disebut namanya menceritakan, praktik toko penjual obat-obatan terlarang itu kerap berpindah-pindah tempat.
Beberapa bulan buka di satu wilayah kemudian tutup dan lalu buka lagi di wilayah lain. “Yang di sini sempat tutup selama 3 Bulan kalau tidak salah. Sebelumnya pindahan dari Kios depan yang ber hadap hadapan dengan PT. Bina San Prima Sukabumi.” Ucapnya.
Dari keterangan warga Lain, menyebut, warga sekitar sudah lama mengendus praktik tersebut.
Namun warga tidak berani turun tangan sendiri. Toko kecil dengan etalase mungil itu kerap didatangi anak-anak remaja bahkan ada yang masih mengenakan seragam sekolah.
Sementara jika ditengok langsung, tidak ada barang yang menarik untuk dibeli.
Hanya ada beberapa produk bayi seperti bedak dan kosmetik dipajang di etalasenya.
Produk-produk itu pun tampak kusam dan berdebu, karena sering terpapar matahari dan asap dari kendaraan bermotor yang melintas.
“Lah kan yang dijual produk-produk bayi dan kosmetik, anak muda buat apa sering ke sana. Dilihat-lihat kalau orang belanja kan biasanya bawa kantong plastik setelah dari toko ya. Nah, kalau beli di toko itu tidak pernah lihat orang bawa barang belanja. Prosesnya juga cepat datang bayar pulang,” Ujar salah satu warga setempat.
Warga itu pun menuturkan, toko tersebut suka berpindah-pindah. Jika dirasa di wilayah itu sudah tidak aman, maka toko tutup dan pindah.
Ditambahkan warga lainnya, pengunjung toko itu memang kebanyakan anak-anak muda usia tanggung alias remaja Mereka sering datang di pagi hari dan sore hari. “Biasanya datang pagi hari Kalau belum buka tokonya ya duduk di depan ruko. “Pungkasnya.
Ia mengaku, cukup resah dengan kehadiran toko tersebut di wilayahnya berjualan. Namun karena tidak tahu harus melapor dan takut, warga tersebut lebih memilih berdamai dengan kondisi itu.
Kami pun dengan Tim Awak Media Meminta Kepada Instansi terkait Harus bersikap tegas, Khususnya Polri sebagai APH. (Widiyanto) *