Warga Cikahuripan Resah, Peredaran Obat Terlarang Masih Marak di Tengah Perayaan Idul Fitri

Hukrim26 Dilihat

Reformasiaktual.com//Lembang, KBB – Senin, 31 Maret 2025
Warga Desa Cikahuripan semakin geram dengan maraknya peredaran obat-obatan terlarang golongan G, seperti Tramadol, Trihexyphenidyl (Trihex), dan Eximer di wilayah mereka. Meskipun berada di tengah perayaan Idul Fitri, transaksi penjualan obat-obatan ini tetap berlangsung secara terang-terangan.

Lokasi transaksi tersebut berada di Jalan Kolonel Masturi, dekat Villa Lagenta, Desa Cikahuripan, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat.

Menurut keterangan warga, toko yang menjual obat-obatan tersebut sudah beberapa kali digerebek oleh pihak kepolisian, namun tetap beroperasi. Kini, modus operandi mereka semakin cerdik dengan menutup toko utama dan berjualan di tenda yang didirikan di sebelah toko tersebut. Bahkan, warga yang geram sempat melakukan aksi pembakaran terhadap toko, tetapi tidak lama berselang, aktivitas penjualan kembali berlangsung.

Warga menduga adanya keterlibatan oknum aparat dalam melindungi bisnis ilegal ini, sehingga penggerebekan yang dilakukan tidak berdampak jangka panjang. Dugaan ini semakin menguat dengan kembalinya aktivitas penjualan dalam waktu singkat setelah dilakukan tindakan hukum.

Menindaklanjuti aduan masyarakat, Senin 31 Maret 2025, tim media mencoba melakukan investigasi langsung ke lokasi yang dimaksud. Dari hasil pengamatan, terlihat banyak pembeli yang datang silih berganti, mulai dari anak-anak di bawah umur hingga orang dewasa.

Salah satu pembeli yang berhasil diwawancarai secara sembunyi-sembunyi mengungkapkan alasannya membeli obat tersebut. “Saya beli Tramadol 4 butir karena saya sudah kecanduan. Kalau tidak mengonsumsi Tramadol, badan saya sakit, panas dingin,” ujar pembeli tersebut.

Peredaran obat-obatan terlarang ini menjadi masalah serius yang meresahkan masyarakat. Warga berharap pihak berwenang bertindak tegas dan mengambil langkah konkret agar praktik ilegal ini dapat dihentikan sepenuhnya. Mereka juga meminta perhatian lebih dari pemerintah setempat agar lingkungan mereka tidak lagi menjadi sarang peredaran obat-obatan berbahaya yang merusak generasi muda.

red