HM Akib Patta Tokoh, Pemimpin dan Pemersatu Rakyat Selayar

TNI/Polri605 Dilihat


KEPULAUAN SELAYAR// ReformasiAktual.com- Upaya dan Gagasan untuk menetapkan “Hari Jadi Selayar” sesungguhnya sudah dilaksanakan sejak Oktober 1992 melalui sebuah “Sarasehan Sidemporang Ada'” yang digelar oleh pemuda dan pemudi Selayar yang diprakarsai oleh Dewan Pimpinan Daerah (DPD) II Komite Nasional Pemuda Indonesia bekerjasama Pemerintah Daerah Tingkat II Selayar. Akan tetapi dari hasil Sarasehan ini belum ditindaklanjuti hingga memperoleh dasar hukum menurut peraturan perundang-undangan.

        Dari sela-sela kesibukan dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawab sebagai Bupati Kepala Daerah Tingkat II Selayar, Drs HM Akib Patta kembali menggagas yang kemudian diangkat dan dikomunikasikan kepada seluruh elemen sehingga dalam waktu yang tidak lama telah menjadi opini masyarakat sekaligus mendorong HM Akib Patta selaku Bupati untuk sesegera mungkin membentuk kepanitiaan dan kerangka acuan pertemuan daerah guna merumuskan “Hari Jadi Selayar.” 

       Dalam pertemuan yang dihadiri sekitar 360 peserta dari berbagai elemen dan kalangan masyarakat misalnya dari unsur Pemerintah Daerah, tokoh masyarakat, tokoh agama, pimpinan organisasi massa, profesi, wanita dan organisasi kepemudaan serta sejumlah pejabat dan tokoh masyarakat Selayar diperantauan seperti Jakarta, Batam, Surabaya, Palu, Kendari dan Ujung Padang (Makassar red) serta daerah lainnya di Indonesia.

       Pasca mendengarkan sambutan dari Bupati Kepala Daerah Tingkat II Selayar, HM Akib Patta dan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan dengan menyimak lima (5) buah makalah yang disampaikan oleh para ahli dibidangnya serta dengan menerima masukan dari para peserta maka pertemuan ini dilanjutkan dengan diskusi berat dan dinamis dalam kondisi dan suasana kekeluargaan sehingga melahirkan kesepakatan untuk menunjuk sebanyak 41 orang peserta dan kemudian melaksanakan “Urung Rembug.”

        Kemudian peserta “Urung Rembug” kembali mengadakan diskusi panjang dalam forum yang dianggap terbatas ini. Mereka dari 41 peserta telah mengeluarkan saran, masukan, pertimbangan, alasan dan argumentasi yang mendukung pendapat mereka. Akhirnya telah disepakati bahwa Hari Jadi Selayar jatuh pada tanggal 29 Nopember 1605. Disamping itu, juga disepakati Motto Kabupaten Selayar “Mapan Mandiri”, Mars Kabupaten Selayar “Selayar Mapan Mandiri”, organisasi masyarakat Selayar diluar daerah yang bernama Persatuan Masyarakat Selayar (Permas) dan Yayasan Keluarga Besar Selayar (YKBS).

        Mapan Mandiri merupakan singkatan dari “Menata Arah Masa Depan, Masyarakat Adil dan Makmur di Bawah Ridha Ilahi” sedang Mars “Selayar Mapan Mandiri” adalah ekspresi semangat, dinamika persatuan dan kesatuan masyarakat dalam membangun daerah “Tanadoang.” Adapun Permas yang merupakan singkatan dari sebuah akronim “Persatuan Masyarakat Selayar” berkantor pusat di Ujung Pandang (Makassar) sedangkan YKBS singkatan dari “Yayasan Keluarga Besar Selayar” yang berkedudukan di Jakarta dengan Cabang-Cabang yang diharapkan dapat berdiri disetiap Daerah Tingkat I dan II di seluruh Indonesia.

       Kesemua ini merupakan puncak yang bernilai sejarah yang amat tinggi bagi masyarakat Selayar. Kesepakatan mengenai Hari Jadi Selayar, Motto Daerah dan Mars Kabupaten Selayar telah dituangkan dalam Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Dati II Selayar Nomor : 3 Tahun 1996 yang menetapkan tanggal 29 Nopember 1605 sebagai “Hari Jadi Selayar.”

       Penetapan tanggal 29 Nopember disepakati olen karena pada 29 Nopember 1945 tercatat dalam sejarah perjuangan rakyat Selayar sebagai pelucutan senjata Kolonial Belanda dan mengambil alih Kantor Pemerintah Belanda. Saat itu pula Bendera Merah Putih dikibarkan di Bumi Tanah Doang Selayar. Dan pada waktu itu pula para pemuda pejuang menyatakan berdirinya secara De Facto, Negara Republik Indonesia di Selayar.

       Sedangkan penetapan tahun 1605 sebagai Tahun Jadi Selayar adalah kisaran yang merujuk pada data dan fakta sejarah mulai bangkitnya kesadaran masyarakat Selayar. Dalam istilah yang dilontarkan oleh HM Akib Patta kala itu, kesadaran ber Selayar secara utuh dan bersatu padu sebagai ummat beragama sesuai Falsafah Negara Pancasila yang mengantarkan masyarakat Selayar pada tahapan perjuangan hingga pada akhirnya mencapai kemerdekaan pada tahun 1945.

      Pilihan pada tahun yang amat bersejarah ini diharapkan dapat menjadi motivasi bagi segenap warga dan keluarga Selayar dimanapun berada dan kapanpun untuk senantiasa bersikap waspada terhadap bahaya perpecahan untuk mengenali dan mengembangkan potensi kebersamaan dalam mensukseskan pelaksanaan percepatan pembangunan didaerah sebagai bagian yang tidak terpisah dari pembangunan nasional secara keseluruhan.

       Kesepakatan sudah tercapai, keputusan tekad dibulatkan, layar telah dibentangkan, tanggal 29 Nopember 1605 telah ditetapkan sebagai “Hari Jadi Selayar.” Suatu wahana yang menjadi bagian yang melekat pada fenomena Selayar telah siap untuk diberdayakan untuk membangun masyarakat, bangsa dan negara khususnya masyarakat Selayar. Tiada daya dan kata lagi yang dapat mengajak kita surut ke pantai, kecuali ajakan untuk melangkah Maju dan Nyata serta Pasti untuk memikirkan upaya dan langkah serta usaha melalui perbuatan dalam melayarkan bahtera dengan sebaik-baiknya sampai ke pantai tujuan.

      Sekali layar terbentang pantang surut balik ke pantai. “Maemaki A’munte Sibatu A’bulo Sipappa” dalam Menata Arah Masa Depan, Masyarakat Adil dan Makmur Dibawah Ridha Ilahi.” Ucapan terima kasih disampaikan oleh Sekretaris Daerah (Sekda), Drs HM Said Tjulla atas nama Bupati Selayar pada 29 Nopember 1996.

(M. Daeng Siudjung Nyulle)