Reformasiaktual.com// Kab.Selayar (Sulsel )-Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 6 Selayar yang terletak diwilayah kecamatan terjauh dan terluar Kabupaten Kepulauan Selayar Sulawesi Selatan berdasarkan hasil penilaian dan pengumuman dewan juri telah masuk 10 besar pada lomba pembuatan VIDEO BEST PRACTICE dengan kategori film pendek Belajar Dari Rumah di Masa Pandemi Covid 19 dalam menyongsong Hari Guru Nasional (HGN) tahun 2021 tingkat Propinsi Sulsel.
SMKN 6 Selayar berada di Pulau Kalao Toa yang berbatasan langsung dengan Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dibagian selatan dan Propinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) dibagian timur dan utara. Jarak tempuh dari ibukota kabupaten (Benteng red) ke Pulau Kalao Toa sekitar sehari semalam atau 24 jam dengan menggunakan kapal kayu bermesin.
Sekolah yang masuk 10 besar dalam pembuatan video belajar dari rumah untuk peserta didik berdasarkan huruf adjab adalah Alifiah Azzahrani Putri dan Siti Badriani dari SMAN 6 Makassar, Dwi Maulia dari SMAN 14 Sinjai, Fadil Angga Saputra, Muh Rizki, Nur Asyifa Putri dari SMAN 11 Sinjai, Fashya Resky Budirman dari SMAN 1 Luwu, Muhammad Rafli Akbar M dari SMAN 5 Enrekang, Nurul Safitri Agustina dari SMAN 9 Wajo, Putri dari SMKN 1 Pinrang, Rendi dari SMKN 6 Selayar, Rismawati Ridwan dari SMAS Barrang Lompo Makassar dan Sahriana Firman dari SMAN 8 Enrekang.
Menurut Banri Sayang, S.Pi yang berperan sebagai ibunya Rendi (Aco) sekaligus sebagai guru mata pelajaran Produktif Pertanian pada SMKN 6 Selayar ketika dimintai keterangan persnya menyatakan,” Dalam perannya sebagai mama Aco (Rendi), ia seringkali memarahi anaknya karena selama masa pandemi covid 19 itu siswa sangat susah dibangunkan untuk belajar. Peran marah-marah yang dalam bahasa Selayarnya lebih populer dengan sebutan “a’moro-moro alias a’nyaung-nyaung” ( marah marah ) merupakan kondisi dan keadaan masyarakat Kalao Toa Selayar selama anaknya belajar dirumah.” tuturnya kepada Reformasiaktual siang tadi via jaringan WhatsAppnya.
Film pendek ini dibuat pada Sabtu, 20 Nopember 2021 dengan pemeran masing-masing, Banri Sayang sebagai ibu Aco’ alias Rendi, Elisa, Fatmawati, Andi Mutmainna, Musdalifa, Sirajuddin dan Amriani. Sebagai kameramen adalah Agus Setiawan dan Nureni sedangkan Nur Hidayah Rusli sebagai guru bahasa. Romi sebagai editor dan Penasehat, Daeng Pabeta, S.Ag, MM yang sekaligus sebagai Kepala SMKN 6 Selayar Pasi’lambena. Adapun lokasi pembuatan video yang berdurasi 7 menit 3 detik ini berada di Desa Lembang Mate’me Kecamatan Pasi’lambena Kepulauan Selayar.
Video ini dibuat selama sehari dan pada malam harinya langsung diedit dengan fasilitas yang sangat terbatas karena hanya dengan menggunakan camera handphone atau telpon seluler. Pengirimannyapun ke Youtube memerlukan waktu yang cukup lama akibat pengaruh jaringan seluler yang kurang normal di Pulau Kalao Toa ini.” papar Banri Sayang yang mengaku didampingi Kepala SMKN 6 Selayar, Daeng Pabeta, S.Ag, MM.
Anshar Syukur selaku panitia lomba pada HGN tahun 2021 yang dihubungi telpon selulernya siang ini, Jumat (26/11/21) mengaku kurang tau persis jumlah sekolah yang menjadi peserta pembuatan video tapi yang pastinya ada kurang lebih 70 an sekolah di Sulsel yang ikut memberikan sumbangsinya dan berpartisipasi dalam menyambut Hari Guru Nasional tahun 2021 ini. Dan sebentar jam 15.00 Wita khususnya yang masuk 10 besar akan mempresentasikan tentang masing-masing hasil karyanya. Dan bagi yang jauh dari Makassar ibukota Propinsi Sulawesi Selatan dibolehkan mempresentasikan melalui zoom meeting. Dan itu sudah disampaikan bagi mereka yang tidak berada di Makassar dan sekitarnya yang untuk presentasinya bisa dengan menggunakan zoom. Dan panitia serta dewan juri akan melihat satu persatu dari hasil karyanya itu. Dan ada 3 dari kalangan siswa dan 3 dari guru akan dipilih sebagai pemenang dalam lomba ini.” kata dia.
Kami melihat dari hasil karya-karya ini lanjut Anshar, sangat bagus sehingga dalam memilih dan menyeleksi, kami dari panitia memutar berulang kali untuk dapat mengambil bahan perbandingan yang terbaik dari beberapa hasil karya yang dibuat oleh siswa dan gurunya dimasing-masing sekolah peserta. Baik dari guru maupun siswa telah memiliki modal besar dalam membuat video atau film pendek. Apalagi ini tidak masuk dalam kurikulum disekolah. Tapi ternyata mereka memiliki kemampuan dan keterampilan dalam membuat karya film. Dan ini menjadi sebuah kompotensi atau skill bagi siswa dan gurunya.” tandas Anshar seraya menambahkan agar hasil karya-karya ini dapat lebih dikembangkan kedepannya.
(M. Daeng Siudjung Nyulle)