Reformasiaktual.com//MEDAN- Berdasarkan data dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), realisasi subsidi energi pada 2021 mencapai Rp. 188 triliun. Namun akibat subsidi yang terlalu berat, pada tahun 2022 yang awalnya sebesar Rp. 152 triliun, kini sudah melonjak 3 kali lipat, yaitu menjadi Rp. 502 triliun.
Pernyataan tersebut diungkapkan Ketua Pembina STTK Budi Daya Binjai DR H. Syafii Siregar, Lc., MA. Menurut pria yang juga seorang Ulama di Provinsi Sumut ini, bahkan jika kondisi ini tidak berubah, maka bisa melonjak mencapai Rp. 690 triliun.
“Hal ini tentunya dikhawatirkan akan berdampak signifikan pada terhambatnya program nasional,” ungkap DR H. Syafii Siregar, saat dikonfirmasi awak media, Jumat (2/9).
Untuk mengantisipasi hal tersebut, lanjut pria berkacamata ini, Pemerintah harus melaksanakan penyesuaian harga BBM subsidi. “Tujuannya agar nilai subsidi tersebut dapat dialihkan untuk program strategis nasional,” urainya.
Sementara itu untuk mengantisipasi dampak kenaikan harga BBM, DR H. Syafii Siregar menegaskan bahwa Pemerintah telah menyiapkan dana sebesar Rp. 24,17 triliun, untuk bantuan tunai pengalihan subsidi BBM terhadap 20,65 juta keluarga dan 16 juta pekerja di Indonesia yang terdampak.
“Kita tentunya berharap bantuan tersebut dapat mengurangi tekanan kepada masyarakat, sehingga kita bisa memberikan dukungan kepada rakyat yang memang kesehariannya dihadapkan pada tekanan kenaikan harga,” ujar Syafii Siregar.
Sebagai Ketua Pembina STTK Budi Daya Binjai, DR H. Syafii Siregar juga menegaskan, dalam menghadapi situasi krisis ini, kita sebagai warga negara memiliki tanggung jawab yang sama untuk turut serta menjaga ketahanan nasional termasuk ketahanan energi.
“Mari kita dukung Pemerintah yang terus bekerja keras untuk keluar dari krisis ini. Pemerintah juga kami dorong untuk terus mengembangkan inovasi guna mencari sumber energi alternatif yang lebih ramah lingkungan,” tutur pria berkulit putih ini.
Pun begitu, lanjut DR H. Syafii Siregar, masyarakat juga perlu melakukan penghematan konsumsi bahan bakar.
“Salah satunya caranya yaitu, selain meminimalisir mobilisasi dengan kendaraan pribadi, masyarakat juga bisa memanfaatkan transportasi umum,” tutur DR H. Syafii Siregar diakhir ucapannya.
(Rizky)*