Bandung, Reformasiaktual.com — Suasana memanas terjadi di lingkungan Dinas Cipta Karya, Bina Konstruksi, dan Tata Ruang (Ciptabintar) Kota Bandung pada Rabu siang (15/10/2025). Hal ini dipicu oleh sikap Kepala Bidang Pengawasan dan Pengendalian (Wasdal), Rita Syafira, yang dinilai tidak profesional saat menerima kedatangan tiga pewarta yang hendak melakukan konfirmasi.
Insiden bermula ketika para jurnalis datang untuk meminta klarifikasi terkait dugaan ketidaksesuaian prosedur administrasi dalam proyek pembangunan di kawasan Ciumbuleuit KBU, Jl. Cipaku XI, yang disebut-sebut melibatkan unsur dinas terkait.
Setelah melalui koordinasi dengan pihak keamanan, rombongan pewarta akhirnya dipertemukan dengan Kabid Rita di ruang kerjanya. Namun, situasi tidak berjalan kondusif. Saat itu, Rita tengah memutar ceramah keagamaan dengan volume cukup kencang. Ketika salah satu pewarta meminta agar volume dikecilkan agar proses wawancara lebih fokus, Rita justru keberatan.
“Saya lagi dzikir siang tanggung, emangnya kenapa kepanasan yah,” ucap Rita sambil berlalu meninggalkan ruangan.
Tak lama, Rita kembali dengan nada ketus, bahkan melontarkan pernyataan bernuansa provokatif terkait peran petugas keamanan yang dianggap mengarahkan wartawan. Suasana pun memanas dan terjadi adu argumen antara kedua pihak.
Beberapa ASN dan kepala regu keamanan turun tangan untuk menenangkan keadaan. Klarifikasi kemudian dilanjutkan oleh dua ASN lain, berinisial B dan MF, sementara Rita memilih keluar ruangan. Meski konfirmasi akhirnya berjalan, sikap dingin dan jutek Rita tetap membekas di benak para pewarta.
“Selama menjalankan tugas jurnalistik, baru kali ini kami bertemu pejabat yang begitu sensitif hanya karena permintaan mengecilkan volume suara,” ujar S, salah satu pewarta usai kejadian.
Ironisnya, petugas keamanan di lantai bawah sempat meminta maaf kepada pewarta atas insiden yang terjadi, namun Rita justru bersikap seolah tanpa rasa bersalah. Hal ini menambah kesan arogan dan tidak mencerminkan sosok pejabat publik yang seharusnya beretika dan terbuka terhadap insan pers.
Sayangnya, Kepala Dinas Ciptabintar, Ruli, hingga berita ini ditayangkan, belum memberikan tanggapan maupun klarifikasi. Sikap bungkam Kadis ini menimbulkan pertanyaan besar: sejauh mana pembinaan Walikota Bandung terhadap para pejabatnya berjalan efektif?
Insiden ini menjadi cerminan pentingnya etika komunikasi, transparansi, dan sikap profesional dari pejabat publik. Keterbukaan informasi seharusnya menjadi budaya birokrasi modern, bukan malah diwarnai arogansi dan sikap emosional.
(Redaksi)







