Habib Fahmi Assegaf Bangun Pendidikan Islam Gratis dari Limbah Kayu Pesisir Sukabumi

TOkoh186 Dilihat

Reformasiaktual.com//Sukabumi, Jawa Barat — Di tengah keterbatasan dan tanpa dukungan pemerintah, Habib M. Fahmi Assegaf, tokoh agama di Palabuhanratu, Sukabumi, terus berjuang membangun dan merawat lembaga pendidikan Islam gratis bagi anak-anak kurang mampu melalui Yayasan Mahabbaturrosul yang didirikannya sejak tahun 2016.

Berawal dari keprihatinan melihat banyak anak-anak yang tidak memiliki akses pendidikan agama, Habib Fahmi mendirikan Mahabbaturrosul di Kampung Batu Sapi, Palabuhanratu. Yayasan ini menaungi berbagai jenjang pendidikan, mulai dari PAUD, MDTA, Majelis Qur’an, hingga pondok pesantren — semuanya diberikan secara gratis, termasuk seragam untuk para santri.

“Saya sering berpikir, bagaimana nasib santri dan murid-murid kalau saya wafat. Tidak ada donatur tetap, jadi saya harus cari jalan agar mereka tetap bisa belajar,” ungkap Habib Fahmi.

Guna menopang operasional yayasan, Habib Fahmi memanfaatkan limbah kayu dari pesisir pantai Loji. Kayu-kayu yang awalnya hanya dibakar atau dibuang itu ia olah menjadi berbagai kerajinan tangan bernilai seni seperti lampu hias, gantungan kunci, ukiran, dan perabot kecil lainnya. Proses pembuatan dilakukan sendiri oleh Habib Fahmi, dibantu oleh para santri.

Harga kerajinan bervariasi, mulai dari Rp150 ribu hingga Rp750 ribu. Hasil penjualan digunakan sepenuhnya untuk kebutuhan pendidikan dan operasional yayasan.

“Mahabbaturrosul berdiri dari keringat sendiri. Tidak ada bantuan rutin, tapi kami percaya ini jalan berkah,” ujarnya.

Meski sempat mendapat dukungan dari PLN Indonesia Power Palabuhanratu yang menyediakan galeri untuk memajang dan memasarkan karya, kendala tetap muncul. Galeri yang berlokasi di dekat kantor Kecamatan Palabuhanratu tersebut minim pengunjung, sehingga sebagian besar hasil karya tidak terjual.

“Galeri sudah ada, dan PLN sempat membeli beberapa lampu hias. Tapi karena tempatnya sepi, banyak karya kami yang tidak laku. Sayang sekali,” keluhnya.

Habib Fahmi berharap pemerintah Kabupaten Sukabumi turut membantu dalam memasarkan hasil karya kerajinan tersebut, tidak hanya sebagai produk UMKM, tetapi juga sebagai bentuk dukungan terhadap keberlangsungan pendidikan Islam di daerah.

“Kami butuh perhatian, bukan untuk pribadi, tapi untuk masa depan anak-anak di kampung ini. Ini bukan sekadar usaha, tapi bagian dari perjuangan membela agama,” tegasnya.

Saat ini, Mahabbaturrosul memiliki 15 santri yang tinggal di pondok dan 41 siswa MDTA yang masih aktif belajar. Meski jumlahnya menurun, semangat perjuangan Habib Fahmi tak pernah surut.

“Selama masih ada napas, saya akan terus berjuang untuk mereka,” pungkasnya.

Asep T